Investasi Obligasi, Ketahui Plus Minusnya Dulu!

cara membeli obligasi

Popularitas investasi obligasi sejauh ini memang masih di bawah deposito maupun saham. Namun, bukan berarti investasi obligasi sepi peminat ya!

Terbukti, Obligasi Ritel Indonesia alias ORI selalu habis jadi buruan mereka yang pengin investasi obligasi. Sampai saat ini, pemerintah lewat Kementerian Keuangan sudah menerbitkan ORI sebanyak 16 kali. ORI016 menjadi obligasi negara yang terakhir dijual pada Oktober 2019.

Bisa dibilang ORI016 berhasil menarik minat banyak orang. Gimana gak menarik? Kupon alias return yang ditawarkan sebesar 6,80 persen per tahun. Kendati begitu, hasil penjualan ORI016 hanya tercatat Rp8,2 triliun, kurang dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp9 triliun.

Asal tahu saja nih, instrumen investasi satu ini bukan cuma ORI, melainkan banyak jenis lainnya yang mungkin kurang begitu gencar pemberitaannya.

Nah, biar makin paham, Lifepal punya ulasannya nih. Seperti apa? Yuk, simak di sini:

Apa itu obligasi?

Ada yang bilang, obligasi mirip-mirip dengan utang piutang. Gak salah sih, cuma masih kurang tepat.

Lebih tepatnya, obligasi adalah surat utang berjangka yang diterbitkan Negara ataupun perusahaan. Jangka waktunya dari 1 – 10 tahun.

Kenyataannya, obligasi dimunculkan dalam bentuk surat perjanjian. Surat ini merinci besaran pinjaman, kupon, hingga tanggal jatuh tempo. Bahkan, nama pembeli alias pemilik juga tercantum di dalamnya.

Dengan kamu memiliki obligasi negara atau perusahaan, itu berarti negara atau perusahaan berutang padamu sebesar yang dijanjikan. Negara atau perusahaan juga bersedia mengembalikannya pada waktu yang disepakati, dan membayarkan kuponnya setiap bulan.

Sama seperti saham, penerbitan obligasi adalah cara buat menghimpun dana dari masyarakat. Negara yang butuh dana buat pembangunan infrastruktur atau perusahaan yang perlu dana buat ekspansi bisnis menjadikan obligasi sebagai solusi sumber pendanaan.

Kebanyakan obligasi bisa dimiliki siapa saja. Bahkan, investor asing diizinkan membelinya. Namun, ada juga yang penjualannya dikhususkan buat Warga Negara Indonesia (WNI), semisal yang diterbitkan negara.

Untuk membeli obligasi, kamu bisa mendapatkannya di pasar perdana dan pasar sekunder. Di pasar perdana, obligasi yang Initial Public Offering atau IPO ditawarkan ke investor individu atau institusi yang dianggap penjamin emisi atau underwriter berpotensi membeli.

Sementara pasar sekunder yang dimaksud adalah, dapat diperoleh di bursa efek atau mitra-mitra distribusi yang ditunjuk. Misalnya, obligasi negara yang dijual mitra-mitra distribusi semisal bank.

Keuntungan memilih investasi obligasi

Karena menjadi salah satu instrumen investasi, tentu saja ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menempatkan uang di instrumen ini. Apa saja?

  • Peroleh kupon secara berkala sebagai return investasi. Kupon diberikan tiap satu bulan, tiga bulan, ataupun enam bulan sekali. Kupon terbagi menjadi kupon tetap (fixed coupon) dan kupon mengambang (floating/variable coupon).
  • Dapat capital gain karena menjual obligasi. Misalnya, harga pari atau awal itu 100 persen. Satu tahun berjalan ternyata harganya naik menjadi 120 persen. Kalau kamu menjualnya di harga 120 persen, selisihnya yang 20 persen itulah capital gain.
  • Pasti dibayarkan berikut return yang diperoleh khusus obligasi negara karena dijamin UU No. 24 Tahun 2002 atau UU No. 19 Tahun 2008.
  • Untung dari kupon lebih tinggi dari untung bunga deposito.
  • Dapat dijadikan sebagai agunan.
  • Kekurangan menjadikannya sebagai pilihan investasi

    Apapun investasinya, pasti ada saja kekurangannya. Ada beberapa kekurangan investasi obligasi yang perlu kamu tahu. Apa saja? Untuk mengetahui lengkapnya, simak di sini:

  • Risiko gagal bayar yang berakibat hilangnya uang yang jadi dana obligasi. Gak cuma uang, sisa kupon yang belum dibayarkan juga ikut hilang. Risiko ini terjadi pada obligasi yang diterbitkan perusahaan. Sementara buat ORI, hal ini gak berlaku.
  • Besaran kupon yang diberi tergantung suku bunga acuan Bank Indonesia. Biasanya ini terjadi buat obligasi kupon mengambang.
  • Harga obligasi juga tergantung besarnya suku bunga. Kalau suku bunga naik, harga turun. Sebaliknya, seandainya suku bunga turun, harga jadi naik.
  • Menjual saat yang tidak tepat bisa menimbulkan kerugian atau capital loss.
  • Apa saja jenis-jenisnya?

    Ada beberapa jenis investasi yang satu ini. Umumnya jenis-jenis obligasi yang beredar tergantung dari penerbitnya. Apa saja jenis-jenisnya?

    1. Obligasi perusahaan atau corporate bonds

    Salah satu jenis yang diterbitkan perusahaan negara atau BUMN ataupun perusahaan swasta. Misalnya aja PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk yang menerbitkan senilai Rp 500 miliar.

    2. Obligasi negara atau government bonds 

    Jenis obligasi ini diterbitkan negara. Contohnya, Oligasi Negara Ritel atau ORI.

    3. Obligasi daerah atau municipal bonds

    Jenis ini, obligasi diterbitkan Pemerintah Daerah.

    Sampai sini, udah paham? Satu hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum pilih instrumen ini adalah jangka waktu investasi ini.

    Seperti yang kamu tahu, obligasi adalah investasi yang punya jangka waktu tahunan. Sudah gitu selama jangka waktu tersebut, gak bisa sembarangan ditarik. Minimal setengahnya bisa ditarik, dan itupun di waktu tertentu.

    Karena itu, kamu harus pastikan dana yang dipakai buat beli obligasi adalah bukanlah dana darurat. Pasalnya, bisa repot nanti kalau sewaktu-waktu perlu dana tersebut.

    Daftar Obligasi Negara Indonesia

    Ada beberapa jenis obligasi yang diterbitkan negara untuk investor ritel. Apa saja? Berikut daftarnya:

    1. Savings Bond Ritel (SBR)

    SBR ini praktiknya mirip dengan deposito, karena tak bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Investor hanya bisa membeli selama masa penawaran dan menyimpannya sampai waktu jatuh tempo. Kecuali, investor memilih fasilitas early redemption (pencairan awal). Investasi awal SBR dimulai dari Rp1 juta (1 unit) hingga Rp3 miliar (3.000 unit). 

    2. Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI)

    Obligasi Negara jenis ini bisa diperdagangkan oleh investor ritel. ORI merupakan salah satu instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang ditawarkan kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Mitra Distribusi di Pasar Perdana. 

    Penerbitan ORI dilakukan agar masyarakat atau investor individual bisa memiliki dan memperdagangkan secara aktif dalam perdagangan Obligasi Negara. Kupon ORI memiliki tingkat bunga tetap sampai pada waktu jatuh tempo.

    3. Sukuk Ritel (Sukri/SR)

    Sukri prinsipnya mirip dengan ORI namun berbasis syariah. Sukri dijual kepada investor individu melalui Agen Penjual dengan pembelian minimal Rp5 juta. 

    Dikutip dari situs resmi Kemenkeu, sukri dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi) gharar (ketidakjelasan) dan riba (usury), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

    Penerbitan Sukuk Ritel menggunakan struktur akad Ijarah – Asset to be Leased. Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk kegiatan investasi berupa pembelian hak manfaat Barang Milik Negara untuk disewakan kepada Pemerintah serta pengadaan proyek untuk disewakan kepada Pemerintah. Imbalan berasal dari keuntungan hasil kegiatan investasi tersebut.

    4. Sukuk Tabungan (ST)

    ST secara struktur mirip dengan SBR tetapi berbasis syariah. ST dijual kepada investor individu masyarakat Indonesia melalui agen penjual dengan pembelian minimal Rp1 juta, dengan tenor 2 tahun. 

    Sama seperti SBR, ST tidak dapat diperdagangkan atau dialihkan, tetapi memiliki fasilitas early redemption.

    Penerbitan Surat Berharga Negara tahun 2020

    Bagi kamu yang berniat membeli obligasi negara pada tahun ini, pemerintah sudah punya jadwal penerbitan surat berharga negara sepanjang 2020 loh. Penerbitan SBN ritel pada 2020 ini akan dilakukan sebanyak enam kali. 

    Berikut, jadwal penerbitan SBN ritel sepanjang 2020:

  • 27 Januari untuk SBR009
  • 24 Februari untuk SR012
  • 23 Juni untuk SBR010
  • 28 Agustus untuk ST007
  • 1 Oktober untuk ORI017
  • 26 Oktober untuk ST008
  • Kelebihan dan kekurangan menjadikan obligasi sebagai investasi jangka panjang

    Obligasi semakin dilirik oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai investasi. Tentu saja, salah satu alasannya terkuat adalah karena obligasi memiliki risiko yang lebih rendah dibanding saham. 

    Kupon obligasi sudah ditetapkan dan risiko gagal bayarnya terbilang kecil, meski tetap saja ada peluang ke arah sana. 

    Nah, apa saja sih kelebihan dan kekurangan menjadikan obligasi sebagai investasi jangka panjang? Yuk simak poin-poin di bawah ini.

    Kelebihan

    1. Keuntungan yang stabil dari bunga

    Melalui obligasi, maka investor akan mendapatkan return secara reguler. Investasi yang seperti ini cocok nih, untuk mereka yang sudah pensiun atau ingin mendapat penghasilan bulanan dari uang simpanannya. 

    Kamu bisa dapat return yang konsisten dari investasi obligasi. Sejak awal pembelian obligasi, kita sudah diberi tahu berapa banyak return yang diperoleh dan tanggal penerimaannya. 

    Apalagi obligasi pemerintah. Risikonya jelas lebih rendah. Kenapa? Ya karena negara enggak akan bangkrut kan. Selama negara masih berdiri tegak, maka seharusnya return aman. Jadi tak perlu khawatir ada gagal bayar. 

    2. Diversifikasi portofolio investasi

    Dengan berinvestasi di obligasi, maka kamu bisa mendiversifikasi jenis investasimu. Dalam berinvestasi, alangkah baik kamu tidak melakukannya pada satu jenis investasi saja. Diversifikasi perlu dilakukan untuk menekan risiko yang bisa saja terjadi. 

    Misalnya, kamu sudah berinvestasi di pasar saham karena return-nya tinggi. Boleh saja, tapi perlu diingat bahwa pasar saham itu dinamis sekali. Wajar kalau modal awalmu bisa berkurang sampai 10 persen atau lebih saat pasar lagi anjlok. 

    Nah, melalui investasi obligasi inilah kamu bisa menstabilkan portofolio. Alasannya, ya tentu saja karena return dari obligasi pasti dan jelas.  

    3. Menyimpan uang di obligasi lebih baik ketimbang menyimpan uang di bank

    Obligasi memang ibarat menabung, namun dengan keuntungan yang lebih besar. Jadi daripada menyimpan hartamu dalam jumlah besar di bank, lebih baik diinvestasikan untuk obligasi. Soal keamanan, terjamin. 

    Kekurangan

    1. Obligasi memang aman, tapi ternyata bisa rugi juga

    Obligasi yang diterbitkan swasta ternyata memiliki risiko gagal bayar return kepada investor. Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan. Karenanya, lakukan riset mendalam sebelum berinvestasi pada obligasi perusahaan tertentu. 

    2. Return obligasi bisa termakan inflasi

    Saat kamu membeli obligasi, kamu akan mendapat bungan dengan nilai tetap yang ditentukan. Bunga ini akan berlaku sampai jatuh tempo, misalnya dalam 10 tahun. Nah, dalam berjalannya waktu ini, nilai bunga bisa saja terlampaui oleh inflasi. Inflasi bisa saja melonjak tinggi karena berkaitan dengan kondisi ekonomi dunia atau momen tertentu yang mempengaruhi harga barang. 

    Alasan memilih obligasi sebagai instrumen investasi

    Seperti sudah dijelaskan di atas, investasi dengan obligasi memberikan banyak keuntungan. Kalau bisa dirangkum, alasan utama kamu bisa memilih obligasi untuk instrumen investasi adalah return yang tetap dan risiko yang rendah. 

    Poin ini penting karena hal ini yang paling membedakan obligasi dengan instrumen investasi lainnya, seperti saham atau reksa dana sekalipun. Reksa dengan dengan risiko rendah pun masih punya peluang merugi. Dengan obligasi, maka risiko ini bisa ditekan jauh ke bawah. 

    Risiko akan semakin kecil bila kamu membeli obligasi pemerintah. Peluang gagal bayar oleh negara pastinya sangat rendah. Kecuali, ada hal-hal luar biasa yang membuat Indonesia bangkrut dan tak mampu lagi melunasi return kepada investor. 

    Perbedaan obligasi dan saham

    Ini nih yang suka bikin bingung investor pemula. Apa sih beda antara obligasi dan saham? Keduanya kan sama-sama bisa dikeluarkan oleh perusahaan. 

    Nah, pada prinsipnya perbedaan obligasi dan saham terletak pada peruntukannya. Apabila ada perusahaan yang menerbitkan saham mereka di lantai bursa, artinya perusahaan ini menjual sebagian kepemilikannya kepada pihak lain, termasuk kita. 

    Sedangkan saat perusahaan menerbitkan obligasi, maka perusahaan ‘butuh pinjaman’ dengan cara mengeluarkan surat utang kepada pihak lain, termasuk kita. Surat utang alias obligasi inilah yang bisa kita beli. 

    Perbedaan selanjutnya ada pada keuntungan yang didapat. Kalau obligasi, kita sebagai investor akan mendapatkan return dari bunga dan harga pokok. Return sifatnya tetap dan wajib dibayarkan perusahaan kepada investor. 

    Sementara dari saham, kita dapat untung berupa dividen yang diambil dari keuntungan bersih perusahaan. Itu pun, return hanya dibayarkan saat perusahaan untung. Kalau rugi, ya enggak dapat apa-apa.

    Nah, sebelum memutuskan mengambil investasi obligasi, ada baiknya cek kondisi keuanganmu secara online di Lifepal financial checker!

    Buat yang pengin mengetahui lebih jauh jenis investasi apa saja yang bisa diambil atau berbagai hal seputar keuangan maupun asuransi, kamu juga bisa menanyakannya pada para ahli di Tanya Lifepal.