Alasan Manajemen Melakukan Rebranding Produk dan Tujuannya

Bisnis sekarang

Dunia usaha memiliki banyak peluang. Sebagai pengusaha, bukan tidak mungkin bisnis yang kita miliki terpapar citra negatif karena beberapa hal yang bahkan tidak dapat terprediksi.

Namun, bagaimana cara untuk menghapus citra tersebut? Salah satu caranya adalah rebranding atau penciptaan ulang merek usaha yang sudah kita miliki.

Rebranding adalah strategi pemasaran yang mana nama, istilah, simbol, desain, konsep atau kombinasi semuanya diciptakan dengan maksud menciptakan kebaruan dan identitas yang berbeda di benak konsumen, pemodal, pesaing, dan jajaran stakeholder lainnya.

Hal ini, menurut Wikipedia English, umumnya melibatkan perubahan radikal atas logo, nama, gambar, strategi pemasaran, dan hingga tema periklanan. Perubahan seperti ini umumnya ditujukan untuk mereposisi merek/perusahaan atau menjauhkan jarak dari konotasi negatif dari branding sebelumnya.

Rebranding bisa diterapkan untuk produk baru, produk lama, atau bahkan produk tertentu yang nyatanya masih dalam pengembangan. Proses ini bisa terjadi secara sengaja melalui perubahan yang dilakukan secara hati-hati sebagai bagian dari sebuah strategi atau terjadi tidak sengaja dari situasi yang tidak direncanakan, seperti kebangkrutan bisnis.

Rebranding pada Skala Korporat

Tidak sedikit perusahaan di dunia usaha yang melakukan rebranding. Salah satunya adalah Philip Morris. Perusahaan rokok itu melakukan perubahan branding mereka sebelumnya dengan cara menciptakan nama Altria. Altria kini dikenal sebagai induk usaha dari Philip Morris yang memproduksi rokok dengan merek Marlboro.

Berdasarkan situs PRWeek pada tanggal 3 Februari 2003, rebranding Phillip Morris sebagai Altria dilakukan untuk menekankan fakta bahwa perusahaan memproduksi berbagai macam produk, bukan hanya tembakau.

Altria berasal dari kata Latin yang berarti tinggi. Perusahaan menyatakan nama itu dipilih untuk menekankan kinerja yang kuat. Rebranding nama Altria dilakukan setelah Philip Morris beroperasi selama 34 tahun.

Banyak perusahaan menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan rebranding. Cara ini dianggap sangat penting karena dapat berdampak kepada kinerja keuangan perusahaan.

Kenapa Harus Rebranding jika Perusahaan Masih Sehat?

Umumnya, rebranding dilakukan sebagai respons terhadap isu eksternal atau internal. Menurut Wikipedia, perusahaan juga menggunakan rebranding sebagai perangkat pemasaran yang efektif untuk menutupi dugaan tindakan malpraktik di masa lalu. Citra negatif dianggap perlu dihindari karena dinilai akan berdampak kepada profitabilitas.

Berikut ini sejumlah manfaat rebranding yang diharapkan bisa diraih oleh suatu instansi atau perusahaan yang melakukannya.

1. Pembeda dari pesaing

Perusahaan membedakan dirinya dari pesaing dengan bermacam-macam cara. Pembeda dari pesaing ini penting dilakukan untuk menarik lebih banyak konsumen. Rebranding juga merupakan cara yang efektif untuk menarik lebih banyak karyawan potensial. Kebutuhan untuk membedakan diri cukup lazim di pasar yang kompleks dan jenuh, seperti industri jasa finansial.

2. Mengurangi citra negatif

Dalam konteks korporat, manajer bisa menggunakan rebranding sebagai strategi pemasaran yang efektif untuk menutupi kasus-kasus negatif di masa lampau dan menutupi konotasi negatif yang menurunkan profitabilitas. 

Salah satu contoh yang disebut di atas, Philip Morris, melakukan rebranding karena perusahaan diasosiasikan dengan produk tembakau pada saat itu. Asosiasi dengan produk tembakau itu dikhawatirkan dapat berdampak kepada profitabilitas produk atas merek Philip Morris lainnya, yaitu Kraft Foods.

3. Kehilangan pangsa pasar

Keputusan untuk melakukan rebranding bisa menjadi reaksi atas hilangnya pangsa pasar. Ketika kehilangan pangsa pasar, merek menjadi kurang berarti di mata target pasar. Oleh karena itu, perusahaan kalah dalam bersaing dengan kompetitor.

4. Situasi darurat

Terkadang, situasi darurat mengharuskan pihak manajemen untuk me-rebranding merek dagang. Salah satu contohnya adalah kebangkrutan yang dialami perusahaan. 

Kebangkrutan bisnis akan membentuk sebuah citra negatif yang menunjukkan bahwa manajemen gagal mengelola perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan masih ingin beroperasi, rebranding adalah solusinya.

5. Tetap relevan

Perusahaan juga bisa melakukan rebranding untuk tetap relevan di kalangan konsumen baru atau pemegang saham. Hal ini bisa dilakukan apabila perusahaan mengganti bisnisnya. Sebagai contoh, strategi ini bisa diterapkan apabila perusahaan ingin masuk ke pasar yang baru. Dalam hal ini, penyesuaian atas bahasa atau budaya perlu diterapkan di pasar yang baru.

Rebranding Produk demi Target Pasar yang Berbeda

Bisnis sekarang

Segmentasi produk atau diferensiasi produk bisa dianggap sebagai bentuk rebranding. Segmentasi produk adalah ketika perusahaan memasarkan produk secara terpisah ke beberapa target pasar. 

Sementara itu, diferensiasi atau pembeda produk adalah ketika target pasar yang berbeda dalam segmentasi pasar membutuhkan penawaran yang benar-benar berbeda.

Salah satu contoh unik dalam proses rebranding ini adalah penjualan produk yang diproduksi oleh perusahaan lain dengan nama produk yang sama. Misalnya, produk A semula diproduksi oleh perusahaan A. Namun, untuk keperluan di tempat yang berbeda dengan biaya produksi lebih rendah, produk yang sama diproduksi oleh perusahaan berbeda.

Contoh Rebranding di Indonesia

Salah satu contoh rebranding yang pernah dilakukan di Indonesia adalah Bank Mutiara. Seperti diketahui, nama Bank Mutiara kini sudah tidak ada lagi dan berganti nama menjadi Bank J-Trust Indonesia sejak 2015.

Bank ini sebelumnya memiliki sejarah yang panjang. Sebelum memiliki nama Bank Mutiara, bank ini bernama Bank Century yang sempat mengalami masalah yang beruntun hingga bank ini akhirnya terpuruk di bawah kendali Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kasus yang melibatkan Bank Century ini bahkan dibawa sampai ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Setelah terdampak aneka masalah yang mencuat ke publik, bank ini akhirnya berganti nama menjadi Bank Mutiara. Setelah itu, namanya berubah lagi menjadi Bank J-Trust Indonesia setelah berganti kepemilikan ke investor Jepang.

Keputusan manajemen untuk melakukan rebranding tidak selalu didasari oleh situasi yang dinilai urgen akibat adanya pencitraan yang buruk atau penurunan profit akibat kalah bersaing. Namun kenyataannya, langkah ini bisa juga dilakukan justru untuk meluaskan pangsa pasar, terutama di wilayah yang menjadi target pemasaran yang baru.
Yuk, cari tahu lebih banyak mengenai referensi produk asuransi terbaik untuk kita dan tips-tips lainnya terkait manajemen bisnis dan keuangan pribadi, cuma di Lifepal!