Rekomendasi Saham Terbaik dari Blue Chip hingga IDX 30

Rekomendasi saham. (Shutterstock)

Rekomendasi saham hari ini apa ya? Bagaimana dengan rekomendasi saham di sisa tahun 2021 ini? Pertanyaan ini sekarang banyak bermunculan di media sosial.

Investasi saham atau pasar modal memang semakin diminati. Apalagi dalam satu tahun belakangan, banyak investor pemula yang baru saja menjajal ‘serunya’ berinvestasi saham.

Investor baru ini masuk ke pasar saham saat harganya sedang murah, sehingga panen profit saat indeks harganya mulai membaik menuju tahun ini. Sekedar informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, ada penambahan 417.366 single investor identification (SID) baru sepanjang 2020. Angka ini naik 28 persen dibanding tahun 2019.

Pasar modal yang kian ramai mendongkrak keingintahuan investor terkait saham-saham terbaik yang layak dikoleksi. Apa aja? Yuk, simak rekomendasi saham terbaik untuk jangka panjang dari saham blue chip hingga LQ45. 

Rekomendasi saham terbaik 2021

Perekonomian nasional yang mulai membaik memberi angin segar terhadap nyaris seluruh sektor industri untuk kembali bangkit. Hal ini mendorong kinerja perusahaan membaik dan berdampak pada perbaikan indeks harga saham. 

Sejumlah analis saham memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa bergerak ke level 7.000 pada kuartal III 2021. Hal ini ditopang fundamental emiten dan kinerja perusahaan yang makin tokcer.

Lantas apa saja rekomendasi saham untuk saat ini?

Dilihat dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) pada kuartal I 2021 yang masuk fase ekspansi di level 50,01 persen. Angka itu naik dari capaian kuartal IV 2020, sebesar 47,29 persen. 

Perbaikan kinerja terutama terlihat pada subsektor makanan, minuman, dan tembakau. Subsektor lain yang pulih adalah pupuk, kimia, barang dari karet dan subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki. 

Angka PMI diprediksi juga semakin membaik didorong oleh kenaikan konsumsi pada Ramadhan dan Lebaran 2021. Kendati ada larangan mudik, namun konsumsi masyarakat tetap tumbuh. 

Dorongan lainnya terhadap manufaktur adalah adanya pemotongan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan roda empat. Hal ini tentu berdampak positif terhadap permintaan terhadap kendaraan roda empat dan memberi kontribusi untuk peningkatan kinerja sektor manufaktur. 

Berkaca pada analisis di atas, beberapa rekomendasi saham yang berpotensi memberi keuntungan:

1. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan induknya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

Harga saham ICBP dan INDF masing-masing diprediksi bisa tembus Rp 12.500 dan Rp 8.700 per lembar pada tahun ini. Hal ini didukung perbaikan konsumsi masyarakat terutama sepanjang Ramadhan dan Lebaran yang masuk kuartal II 2021. 

Grup Indofood sendiri mencatatkan peningkatan laba bersih sepanjang 2020 lalu. Meski pandemi, toh konsumsi masyarakat terhadap produk makanan tidak berkurang. Pendapatan perseroan tercatat tumbuh 6,7 persen menjadi Rp 81,7 triliun. Laba bersihnya juga naik 31,5 persen menjadi Rp 6,46 triliun. 

2. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Emiten farmasi masih masuk dalam daftar rekomendasi saham yang menarik. KLBF mencatatkan penjualan bersih Rp 6,01 triliun pada kuartal pertama tahun 2021. Angka ini naik 3,8 persen jika dibandingkan kuartal I 2020 lalu, Rp 5,79 triliun. 

Sejalan dengan naiknya penjualan, laba bersih KLBF juga naik 7,1 persen, dari Rp 669 miliar pada kuartal I 2020 menjadi Rp 716 miliar pada kuartal I 2021. Melihat kinerja positif kuartal I ini, maka KLBF masih berpotensi melanjutkan pertumbuhan pada sisa 2021. 

Namun, ada tantangan yang bisa membuat proyeksi ini meleset, yakni jika ada pembatasan pergerakan masyarakat yang lebih ketat sehingga berpengaruh pada penurunan daya beli. 

3. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

Sama dengan emiten farmasi lainnya, SIDO mencatatkan kenaikan laba bersih sampai 16 persen pada kuartal I 2021, menjadi Rp 269 miliar. Hal ini didorong penjualan produk SIDO yang terus menanjak sejak pandemi melanda tahun lalu.

Tahun 2021 ini, SIDO menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih masing-masing di atas 10 persen. Cukup tinggi bukan? Perusahaan jamu ini juga menyiapkan anggaran capex sebesar Rp 180 miliar sampai Rp 200 miliar untuk anggaran belanja pemeliharaan dan penyelesaian perluasan fasilitas produksi. 

4. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Emiten pakan ternak ini diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sampai 4 persen pada 2021 ini. Hal ini disebabkan permintaan pasar terhadap daging dan makanan olahan dari daging yang meningkat, terutama sepanjang Ramadhan dan Lebaran tahun ini. 

Apalagi, harga saham JPFA saat ini terbilang undervalue sehingga investor bisa memanfaatkan momentum saat ini untuk masuk ke investasi pasar modal. Harga saham JPFA ditargetkan bisa tembus Rp 2.500 per lembar pada tahun ini. 

5. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)

Harga batubara yang masih tinggi diyakini masih membawa ADRO memperbaiki kinerja perseroan pada tahun 2021 ini. Kinerja emiten Adaro Energy didukung prospek produksi batubara kalori tinggi sepanjang sisa tahun ini. 

ADRO menargetkan produksi batubara sebesar 52-54 juta ton pada 2021. Harga saham ADRO ditargetkan bisa menyentuh Rp 1.850 per lembar. 

6. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)

Perbaikan kinerja sektor keuangan membuat saham sejumlah bank diprediksi membaik pada 2021 ini. BBTN sendiri berhasil masuk ke daftar indeks LQ45 dengan pertumbuhan laba bersih terbesar sepanjang 2021 lalu. Pertumbuhan laba bersih bank yang fokus pada kredit properti ini menyentuh 665,71 persen (yoy). Angka yang fantastis bukan?

Jangan cuma lihat rekomendasi saham dalam berinvestasi. Kamu perlu menyesuaikan investasi dengan profil risiko. Gunakan Kuis Profil Risiko Investasi dari Lifepal berikut ini untuk mengetahuinya:

Rekomendasi saham indeks LQ45

Indeks saham LQ45 mengalami penurunan di kuartal I 2021. Berdasarkan data RTI, indeks saham LQ45 merosot 3,42 persen dari 934 di akhir Desember 2020 menjadi 902 di akhir Maret 2021. Penurunan ini disebabkan mayoritas saham emiten LQ45 yang memang terkoreksi di awal tahun ini.

Sebagai informasi, indeks saham LQ45 beranggotakan 45 emiten dengan kapitalisasi pasar besar dan paling likuid di pasar saham. Indeks LQ45 juga jadi acuan para manajer investasi untuk menentukan langkahnya.

Memasuki kuartal II 2021, saham-saham indeks LQ45 cukup berat mengalami penguatan. Hal ini disebabkan tekanan yang kuat dari sentimen global. Hal ini didukung oleh data musiman yang menyebutkan transaksi selama Ramadhan dan Lebaran tidak jauh lebih baik dibanding hari biasa. 

Dilansir dari Bloomberg, sepanjang tahun 2021 indeks LQ45 melemah 4,57 persen. Dari seluruh emiten, sebanyak 35 saham terkoreksi sedangkan 12 saham di sisanya menguat. 

Pelemahan terdalam sepanjang kuartal I 2021 dicatatkan oleh:

  • PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dengan pelemahan 32,17 persen
  • PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) melamah 27,71 persen
  • PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) terkoreksi 25,64 persen
  • PT XL Axiata Tbk (EXCL) melemah 25,64 persen.
  • Sementara itu, penguatan tertinggi dipimpin oleh:

  • PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan kenaikan 61,95 persen
  • PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dengan kenaikan 41,17 persen,
  • PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan 40,91 persen, dan 
  • PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan kenaikan 24,41 persen. 
  • Selain pelemahan dan penguatan tertinggi di atas, ada juga empat saham yang melaporkan price to earning ratio (PER) di bawah 10 kali.

    PER di bawah 10 kali ini merupakan indikasi adanya diskon harga saham tersebut. Empat emiten tersebut adalah BBTN dengan PER 9,48 kali, GGRM dengan PE 9,09 kali, INDF dengan PER 9,08 kali, dan MNCN dengan PER 6,15 kali. 

    Apa itu saham blue chip?

    Buat kamu investor pemula, saham-saham yang masuk kategori blue chip paling cocok untuk dijajal. Mengapa? Karena saham blue chip adalah jenis saham dari emiten dengan kapitalisasi besar dan kinerja stabil dengan rekam jejak perjalanan di lantai bursa yang cukup panjang. 

    Saham blue chip adalah saham pilihan utama untuk masuk dalam portofolio para investor institusi dan ritel di bursa. Karena kapitalisasinya yang sangat besar, maka saham blue chip ini paling sulit digoreng. Saham-saham blue chip juga bisa dibilang paling ideal sebagai rekomendasi saham jangka panjang.

    Saham blue chip punya kaitan erat dengan indeks saham LQ45. Memang gak semua saham blue chip itu ada di Indeks LQ 45. Tapi sebagian besar dari LQ45 adalah blue chip. Sampai saat ini pun belum ada laporan update mengenai daftar mana yang blue chip dan mana yang bukan.

    Namun, 20 emiten berikut ini paling sering disebut sebagai saham blue chip:

  • Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI): Konstruksi
  • Adaro Energy Tbk (ADRO): Tambang
  • AKR Corporindo Tbk (AKRA): Logistik
  • Aneka Tambang Tbk (ANTM): Tambang
  • Astra International Tbk (ASII): Otomotif
  • Bank Central Asia Tbk (BBCA): Perbankan
  • Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Perbankan
  • Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Perbankan
  • Bank Tabungan Negara Persero Tbk (BBTN): Perbankan
  • BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR): Perbankan
  • Bank Mandiri Persero Tbk (BMRI): Perbankan
  • Global Mediacom Tbk (BMTR): Media
  • Barito Pacific Tbk (BRPT): Kimia
  • Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE): Properti
  • Bumi Resource Tbk (BUMI): Tambang
  • Gudang Garam Tbk (GGRM): Rokok
  • HM Sampoerna Tbk (HMSP): Rokok
  • Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP): Makanan
  • Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk (TLKM):  Telekomunikasi
  • United Tractors Tbk (UNTR): Alat berat.
  • Cara memilih saham terbaik

    Jika sudah memahami serba-serbi mengenai rekomendasi saham untuk jangka pendek dan juga rekomendasi saham jangka panjang, maka sudah saatnya kamu menjajal investasi di pasar modal. Jangan khawatir, berikut adalah tips memilih saham terbaik untuk kamu yang pemula:

    1. Mengacu pada indeks

    Ada banyak sekali saham yang ditransaksikan di bursa saham. Untuk kamu yang bingung, kamu bisa mengacu pada sejumlah indeks saham yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. 

    BEI memiliki 22 jenis indeks saham, termasuk beberapa indeks saham syariah. Beberapa indeks paling sering dijadikan acuan adalah indeks saham LQ45, IDX 30, Indeks sektoral, Jakarta Islamic Index (JII), hingga Indeks BISNIS-28 atau Kompas 100. 

    2. Analisis fundamental dan teknikal

    Memilih saham untuk berinvestasi tentu butuh analisis yang mendalam agar tidak merugi. Salah satunya dengan analisis fundamental dan teknikal. Analisis fundamental berkaitan dengan dasar-dasar ekonomi dari satu perusahaan, termasuk laporan laba ruginya. 

    Sementara analisis teknikal lebih banyak berkaitan dengan pergerakan kinerja harga perusahaan dan mengukur proyeksinya di masa yang akan datang. 

    3. Jangan berhenti belajar

    Dalam berinvestasi saham, kuncinya adalah mau belajar. Risiko memang selalu membayangi, namun jangan sampai itu membuatmu berhenti. Lakukan analisis mendalam setiap menentukan saham apa yang akan dibeli. Kamu bisa memilih menjadi trader yang memperdagangkan saham dalam waktu singkat dengan tujuan keuntungan atau menjadi investor jangka panjang.

    Tertarik dengan topik ini atau punya pertanyaan seputar investasi? Kunjungi laman tim ahli di Tanya Lifepal!

    Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan atau arahan untuk membeli saham tertentu. Seluruh keputusan investasi, termasuk analisisnya, dikembalikan kepada investor.

    Pertanyaan seputar rekomendasi saham

    Ekonomi Indonesia mulai pulih pada 2021 ini. Sektor manufaktur juga mulai mencatatkan kinerja positif, ditambah sejumlah insentif ekonomi yang diberi pemerintah. Beberapa emiten yang bergerak di sektor manufaktur dan konsumer ritel memiliki peluang untuk mencatatkan kinerja positif di sisa tahun 2021 ini.

    Untuk memilih saham terbaik, kamu perlu melakukan analisis fundamental dan teknikal. Analisis fundamental lebih banyak berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan termasuk laba ruginya. Sementara analisis teknikal lebih banyak berurusan dengan sejarah kinerja harga saham selama ini dan memproyeksikannya di masa depan.

    Semua saham memiliki risiko untuk merugi. Slogan dalam berinvestasi saham adalah high risk high return. Saham-saham dalam indeks LQ45 memiliki kapitalisasi besar dan cenderung sulit untuk digoreng. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan adanya potensi kerugian. Untuk itu, tetap perlu dilakukan analisis teknikal dan fundamental.