Pengertian Saham Blue Chip dan Pembagian Dividennya
Salah satu produk primadona saham di BEI adalah saham blue chip. Tidak sembarangan pula julukan tersebut melekat di saham unggulan ini.
Bagi yang belum familier, saham ini bisa dibilang sebagai saham seksi dari berbagai emiten (perusahaan terbuka yang terdaftar di BEI) yang kapitalisasi pasarnya di atas Rp40 triliun, punya nama besar, dan segala keunggulan lain.
Blue chip sendiri berbeda dari kelompok LQ45. Kelompok LQ45 adalah saham-saham yang kapitalisasinya belum terlalu besar, tapi pergerakan sahamnya encer alias laris di pasar saham. Selain itu, LQ45 memiliki fundamental perusahaan yang baik, prospek atau peluang harga saham bagus, dan sehat dari segi keuangan.
Agar lebih mengenal, mari kita bahas bareng-bareng mengenai saham yang menjanjikan ini.
Saham Kategori Blue Chip
Dalam kelompok saham ini terdapat sederet emiten dari berbagai sektor. Adapun klasifikasi sektor saham berdasarkan laman BEI meliputi:
Saham Blue Chip dengan Kapitalisasi Pasar Tertinggi
Dari klasifikasi di atas, harga saham emiten tergantung sektor dan beberapa faktor, seperti kebijakan moneter dan aksi korporasi. Bagi yang ingin tahu saham blue chip di BEI, berikut tabel 10 saham blue chip dengan kapitalisasi pasar tertinggi.
Emiten | Kapitalisasi Pasar* | Persentase |
PT Bank BCA Tbk (BBCA) | Rp732 triliun | 10,2 |
PT Bank BRI Tbk (BBRI) | Rp498 triliun | 6,9 |
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) | Rp434 triliun | 6,0 |
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) | Rp350 triliun | 4,9 |
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) | Rp333 triliun | 4,6 |
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) | Rp331 triliun | 4,6 |
PT Astra International Tbk (ASII) | Rp266 triliun | 3,7 |
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) | Rp150 triliun | 2,1 |
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) | Rp147 triliun | 2,1 |
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) | Rp141 triliun | 2,0 |
Total top 10 emiten saham blue chip | Rp3.382 triliun | 47,1% |
*nilai kapitalisasi pasar 10 top emiten blue chip per tanggal 23 Agustus 2019 sesuai laman BEI.
Dari data di atas bisa dikatakan bahwa nilai kapitalisasi pasar 10 top emiten blue chip menjadi roda penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hampir setengahnya atau 47,1 persen. Jumlah ini sangat besar dengan membandingkan ada 648 emiten yang terdaftar di BEI hingga Agustus 2019.
Peluang vs Risiko Saham Blue Chip
Punya nilai tinggi bukan berarti harga saham ini selalu di atas angin, ya! Seperti pada pembukaan saham Senin (26/8), hampir semua harga saham, termasuk blue chip memerah alias turun.
Meski begitu, investasi di saham kategori ini tetap menggiurkan karena ada berbagai peluang dan keuntungan yang bisa diperoleh investor. Apa saja? Yuk, simak yang berikut ini.
1. Keuntungan jadi investor saham blue chip
Investor yang memiliki saham blue chip diuntungkan dari berbagai hal seperti yang berikut ini.
2. Risiko saham blue chip
Namanya investasi, bukan seperti matematika yang hasilnya selalu pasti! Kita tidak bisa mengetahui secara pasti kapan saham akan anjlok (bearish) ataupun meroket (bullish).
Pasalnya, dalam saham ada banyak sentimen dan faktor yang menyebabkan pergerakan saham ke bawah atau ke atas. Adapun risiko memiliki saham blue chip antara lain:
Risiko hingga kerugian memiliki saham ini pernah dirasakan investor pada awal tahun 2015. Kala itu hampir semua saham big cap memerah, sedangkan saham emiten kelas dua justru menunjukkan kinerja baik dan cenderung hijau.
Bagaimana Cara Membeli Saham Blue Chip?
Untuk membeli saham blue chip sebenarnya sama dengan membeli saham lainnya. Bagi pemula bisa mendatangi atau menghubungi perusahaan sekuritas.
Namun, ada baiknya kita mengetahui deretan saham blue chip dari laman BEI agar bisa langsung memilih saham yang terbaik dan sesuai dengan kantong masing-masing. Berikut cara membeli saham blue chip.
1. Buka akun di perusahaan sekuritas
Jika kita membeli saham melalui perusahaan sekuritas, maka kita akan bertemu langsung dengan pialang atau broker. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
- Memenuhi dokumen yang diperlukan yang meliputi KTP bagi WNI dan paspor bagi WNA, NPWP, fotokopi buku tabungan, nomor identitas Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan fotokopi KTP suami dan kartu keluarga (KK) bagi calon investor yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan materai (2-8 lembar).
- Membuka rekening saham yang terdaftar di KSEI dan rekening dana investor (RDI) atau rekening pribadi yang dananya akan ditarik untuk membeli saham.
- Deposit dana untuk membeli saham sekitar US$1 ribu (sekitar Rp14,2 juta) untuk saham blue chip dan bisa Rp100 ribu untuk saham lain karena pembelian minimal saham adalah 1 lot atau 100 lembar saham.
- Setelah itu broker memandu memilih saham dan mulai bertransaksi.
2. Membeli saham melalui software online trading
Bagi yang berani melakukan trading langsung bisa memilih membeli saham secara online dari beberapa sekuritas yang menyediakan jasa online trading termasuk Mandiri Sekuritas (MOST) dan Indo Premier Sekuritas (IPOTGO). Berikut tahapan-tahapannya.
- Unduh aplikasi yang ingin dijadikan sebagai manajer sekuritas.
- Memenuhi dokumen dan data-data seperti fotokopi identitas KTP (WNI) dan paspor (WNA), mengisi formulir domisili, jenis usaha dan pekerjaan, ahli waris, dan melampirkan fotokopi buku rekening.
- Membuka rekening RDI dan rekening saham.
- Menyetor deposit awal.
- Memilih saham secara online. Kita harus jeli dalam memelototi emiten yang ada karena tidak dipandu pialang.
- Membeli saham dengan cara memasukkan pemesanan saham secara online.
- Saham yang kita miliki bisa langsung dijual ketika ada potensi profit. Dana penjualan saham akan masuk ke rekening saham.
Tips Berinvestasi Saham
Agar menjadi investor yang untung pun ada triknya. Kita tidak harus membeli saham blue chip jika belum ada banyak pengalaman berinvestasi. Tidak ada salahnya untuk memilih instrumen yang lain. Nah, beberapa pilihan saham lain ini bisa dipertimbangkan. Berikut beberapa tips berinvestasi di pasar modal.
1. Sesuaikan dengan bujet
Tips paling masuk akal pertama adalah menyesuaikan dengan bujet. Jika dana kita tidak cukup jangan memaksa membeli saham blue chip, ya!
2. Pilih LQ45 atau saham lain, jika…
Fundamental perusahaan bisa dilihat dari aksi korporasi, porsi utang, dan rencana ekspansi. Kita tidak harus beli saham blue chip untuk mendapat dividen atau sekadar keuntungan berinvestasi di pasar modal. LQ45 dan saham lain bisa jadi pertimbangan, ya! Toh, semua emiten diwajibkan membagikan dividen jika meraup laba!
3. Investasi jangka panjang
Namanya investasi pasti lebih terasa hasilnya jika dilakukan dalam jangka panjang. Investasi dalam instrumen apa pun akan lebih besar keuntungannya jika dalam jangka panjang.
4. Jangan cepat tergiur dengan peluang profit sesaat
Nah, kita harus tahu bahwa saham blue chip berbeda dari saham gorengan yang dimainkan bandar. Ciri-ciri utama saham gorengan adalah tiba-tiba meroket tanpa alasan jelas atau terjadi unusual market activity (UMA).
Untuk yang satu ini kita harus benar-benar teliti karena jika ikut menjual saat harga saham dinaikkan justru bisa membuat kita rugi. Kok bisa? Tentu bisa karena ketahuan sahamnya digoreng, maka bisa kena suspen (perdagangan dihentikan) oleh BEI.
Suspen saham bisa dilakukan dalam hitungan jam hingga mingguan, tergantung level gorengan yang terjadi. Salah satu saham yang pernah digoreng dan kena suspen BEI adalah PT Global Teleshop Tbk (19 Juli 2019), PT Trikomsel Oke Tbk (11 Juli 2019), dan masih banyak lagi.
Dari penjelasan di atas sudah kebayang, bukan, bagaimana menjanjikannya saham blue chip. Namun, lebih baik jangan memaksakan diri jika memang belum mampu membeli saham ini.
Sebagai contoh saja, harga saham Bank BCA (BBCA) adalah Rp29.950 per lembar pada penutupan perdagangan Senin (26/8). Artinya, kita harus menyiapkan setidaknya Rp3 juta untuk membeli satu lot saham. Di sini, keterampilan berhitung kita sangat diperlukan untuk mengetahui hasil akhir perubahan harga saham.
Selamat berinvestasi, Guys!