Performa 4 Saham Perusahaan Besar Penyokong Produksi Film “Gundala”

saham media

Bumi Langit Universe (BCU) yang melahirkan Gundala, Sri Asih, Tira, Godam, Mandala, Aquanus, Mustika hingga Si Buta dari Gua Hantu disokong oleh perusahaan media besar di Indonesia. Mereka semua juga melantai di bursa saham lho, apakah dengan larisnya Gundala maka saham media ini bullish?

Berdasarkan pantauan Lifepal.co.id di sesi satu dan dua perdagangan bursa pada Senin, (2/9/2019), saham-saham perusahaan penyokong  film “Gundala” ini justru mengalami koreksi terlepas dari larisnya film tersebut.

Kira-kira seperti apa performa empat saham media ini pasca tayangnya film yang dibintangi oleh Abimana, Tara Basro dan Asmara Abigail ini? Yuk, kita simak aja nih di bawah ini.

Baca juga: 9 Saham Bisa Kamu Beli Nih dari Perusahaan Orang Terkaya di Indonesia

1. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)

saham media
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) salah satu perusahaan yang sahamnya menyokong film “Gundala”, (Instagram/@bumilangitofficial).

Perusahaan ini merupakan induk perusahaan dari beberapa media besar seperti Liputan6, SCTV, Indosiar, Kapanlagi Network, Vidio.com, dan e-commerce Bukalapak.com.

Kebanyakan dari mereka juga merupakan perusahaan induk dari Nexmedia sebuah layanan televisi kabel berbayar yang baru saja menghentikan siarannya. 

Asal kamu tahu PT Screenplay Bumilangit Production (SBP) yang memproduksi film ini adalah anak usaha dari EMTK. Harga saham EMTK pada awal sesi perdagangan dibuka Rp 6.950 dan ditutup naik jadi Rp 7.200.

EMTK didirikan oleh Raden Eddy Kusnadi Sariaatmadja yang tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Eddy sendiri mengantongi 24,91 persen saham EMTK, Ir Susanto Suwarto mengatongi 12,62 persen, 11,89 persen dipegang PT Adikarsa Sarana dan 20,13 persen untuk publik.

Baca juga: Performa Saham Antam yang Harganya Ikutan Naik Gara-Gara Harga Emas Naik

2. PT Surya Citra Media Televisi Tbk (SCMA)

saham media
PT Surya Citra Media Televisi Tbk (SCMA) salah satu perusahaan media yang cukup menyokong diproduksinya film besutan Joko Anwar, (Instagram/@screenplayfilms_id).

Lho kok ada SCMA? SCMA adalah anak usahanya EMTK yang juga memegang saham PT Screenplay Sinema Film (SSF). Nah, SSF itu punya 47,9 persen saham di SBP. Jadi bisa dibilang kalau EMTK adalah holdingnya. Nah SCMA ini merupakan perusahaan yang juga memegang saham SBP.

Saham media ini pada awal sesi perdagangan dibuka menguat di Rp 1.250 namun di sesi penutupan harganya malah turun jadi Rp 1.225

Emiten indeks LQ45 ini, 61,35 persennya dipegang oleh EMTK. Sementara itu, 38,65 persen diperuntukkan ke publik. 

Baca juga: Investasi di Amartha Tawarkan Untung 15 Persen per Tahun Sekaligus Bisa Beramal

3. PT Viva Media Asia Tbk (VIVA)

saham media
PT Viva Media Asia Tbk (VIVA) juga mendukung diproduksinya film “Gundala”, (Instagram/@vivacoid).

Wuih! Keluarga Bakrie ternyata mendiversifikasikan portfolio ke Bumilangit juga lho. Kabarnya, mereka menggelontorkan dana sebesar Rp 30 miliar buat membantu produksi film ini. 

Dibuka Rp 107 dan sempat mencapai Rp 109 untuk harga tertingginya. Akan tetapi di akhir sesi perdagangan malah kembali ke nilai Rp 107. Sebanyak 12,042 persen saham VIVA dipegang oleh Raiffesien Bank International AG, Singapore. Sementara itu, PT Bakrie Global Ventura memegang 9,7 persen, dan publik 53,309 persen. 

4. PT Mahaka Media Tbk (ABBA)

saham media
PT Mahaka Media Tbk (ABBA) juga menyokong diproduksi film garapan sutradara handal Tanah Air, Joko Anwar, (Instagram/@erickthohir).

Menurut Komisaris ABBA Erick Thohir, “hadirnya BumiLangit dapat menjadi langkah baik bagi Indonesia untuk memperkenalkan kebudayaan beserta nilai-nilainya di mata dunia melalui karya kreatif hasil anak bangsa,” ujar Thohir.

Tepat pada hari ini, saham ABBA dibuka Rp 141 dan nilainya pun sama di akhir penutupan sesi perdagangan tanggal 2 September 2019.

Saham media yang satu ini, 57,81 persennya dipegang oleh PT Beyond Media. 10,27 persen oleh Peak Holdings Luxembourg, dan 25,21 persen untuk publik.

Itulah saham-saham yang menyokong proses pembuatan film “Gundala”. Kenapa ya bisa harganya bisa anjlok padahal film “Gundala” diserbu penonton? Sejatinya, balik lagi ke ilmu ekonomi. Kenaikan suatu harga saham di pasar disebabkan karena adanya aktivitas jual beli di pasar. 

Ketika investor ramai-ramai menjual saham media tersebut, maka harganya koreksi. Begitu pun sebaliknya. Kira-kira ada gak salah satu saham media tersebut masuk ke portfolio mu hari ini? (Editor: Mahardian Prawira Bhisma).