Ciri-Ciri Uang Logam Indonesia dari Masa ke Masa
Uang logam atau yang biasa kita kenal dengan koin adalah uang yang terbuat dari berbagai bahan logam dan pertama kali dirilis pada tahun 1951.
Sayangnya, setelah tahun tersebut uang jenis ini tidak diterbitkan kembali, karena kondisi inflasi yang tinggi sampai tahun 1960-an. Meskipun beredar, uang logam sudah tidak memiliki harganya lagi.
Hingga pada tahun 1971 atau pada masa orde baru, kondisi ekonomi Indonesia sudah semakin stabil sehingga pemerintah mulai memproduksi uang logam kembali dengan nilai Rp1, Rp5, Rp10, Rp50, Rp100, dan hingga kini uang logam sudah mencapai nominal Rp1.000.
Setiap uang logam yang diterbitkan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri, mulai dari diameter, bahan pembuatan, hingga gambar yang ditampilkannya. Nah, supaya kita semakin mengenal apa saja ciri-cirinya, yuk simak selengkapnya di bawah ini.
Ciri-Ciri Uang Logam
Setiap uang logam yang telah diterbitkan tentunya memiliki ciri khas tersendiri. Nah, agar kita semakin mengenal dan terhindar dari bahaya pemalsuan, yuk kenali ciri-cirinya dari terbitan tahun 1991 sampai saat ini di tabel berikut.
Nominal | Emisi | Gambar Depan | Gambar Belakang | Keterangan |
Rp50 | 1999 | Garuda Pancasila | Nominal”50” dan burung Kepodang | Diameter: 20mm Tebal: 2mm Berat: 1,36g |
Rp100 | 1999 | Nominal “100” dan burung Kakatua Raja | Diameter: 23mm Tebal: 2mm Berat: 1,79g | |
2016 | Prof. Dr. Ir. Herman Johannes | Nominal “100” | ||
Rp200 | 2003 | Garuda Pancasila | Nominal “200” dan burung Jalak Bali | Diameter: 25mm Tebal: 2,3mm Berat: 2,38g |
2016 | Dr. Tjipto Mangunkusumo | Nominal “200” | ||
Rp500 | 1991 | Garuda Pancasila | Nominal “500” dan bunga Melati | Diameter: 24mm Tebal: 1,8mm Berat: 5,29g |
1997 | Diameter: 24mm Tebal: 1,83mm Berat: 5,34g | |||
2003 | Diameter: 27mm Tebal: 2,5mm Berat: 3,1g | |||
2016 | Letjen TNI T.B. Simatupang | Nominal “500” | Diameter: 27,2mm Tebal: 2,35mm Berat: 3,1g | |
Rp1.000 | 1993 | Garuda Pancasila | Nominal “1.000” dan Kelapa Sawit | Diameter: 26mm Tebal: 2mm Berat: 8,6g |
2010 | Nominal “1.000” dan Garuda Pancasila | Angklung dan Gedung Sate | Diameter: 24mm Tebal: 2mm Berat: 8,6g | |
2016 | Mr. I Gusti Ketut Pudja | Nominal “1.000” | Diameter: 24,1mm Tebal: 1,45mm Berat: 4,5g |
Dari tabel di atas, kita bisa mengetahui bahwa perubahan gambar pada uang logam tidak terlalu signifikan seperti pada uang kertas.
Uang Logam dan Empat Jenis Bahan Dasarnya
Uang logam yang beredar di Indonesia umumnya terbuat dari empat jenis bahan dasar, yaitu aluminium, kuningan, metal, dan bimetal. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
1. Uang logam dari aluminium
Bahan aluminium merupakan bahan yang paling sering digunakan untuk pembuatan uang logam, sebab memiliki sifat kuat meski berbobot ringan.
Uang logam jenis ini akan memiliki penampakan berwarna abu-abu metalik, Berikut ini adalah beberapa pecahan uang logam rupiah yang dibuat dengan bahan aluminium.
Nominal | Emisi/Tahun Diterbitkan |
1 sen | 1952 |
5 sen | 1951, 1954 |
10 sen | 1951, 1954, 1957 |
25 sen | 1952, 1955, 1957 |
50 sen | 1958, 1959, 1961 |
Rp1, Rp2, dan Rp5 | 1970 |
Rp5 | 1974, 1995, 1997 |
Rp10 | 1979 |
Rp25 | 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 1996 |
Rp50 | 1999, 2001, 2002 |
Rp100, Rp200, dan Rp500 | 1999, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2009, 2016 |
2. Uang logam dari nikel
Jika dibandingkan dengan aluminium, bahan nikel memiliki bobot yang lebih berat dan padat. Meskipun tidak sebanyak aluminium, namun biasanya uang dengan bahan nikel memiliki nominal atau pecahan yang lebih besar.
Contoh uang logam dengan penampilan berwarna perak metalik ini ialah sebagai berikut.
Nominal | Emisi/Tahun Diterbitkan |
50 sen seri Diponogoro | 1952, 1954, 1955, 1957 |
Rp10, Rp25, dan Rp50 | 1971 |
Rp100 (bentuk tebal) | 1973 |
Rp100 (bentuk tipis) | 1978 |
Rp1.000 | 2010, 2016 |
3. Uang logam dari kuningan
Logam berbahan kuningan merupakan perpaduan antara bahan tembaga dengan logam seng. Biasanya penampilan uang dengan bahan ini berwarna kuning keemasan. Sama seperti bahan nikel, logam dengan bahan ini pun tidak sebanyak pada aluminium.
Mari ketahui apa saja contoh uang berbahan kuningan.
Nominal | Emisi/Tahun Diterbitkan |
Rp10 | 1974 |
Rp50, dan Rp100 | 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998 |
Rp500 | 1991, 1992, 1997, 2000, 2001, 2002, 2003 |
4. Uang logam dari bimetal
Logam jenis ini adalah uang yang dicetak dari dua bahan, yaitu kuningan dan nikel. Biasanya memiliki bentuk yang lebih besar dan bobot yang berat.
Contoh uang jenis ini adalah pecahan Rp1.000 pada emisi atau tahun penerbit 1993, 1994, 1995, 1996, 1997 dan 2000. Pada uang tersebut, kita bisa melihat sisi luar logam berwarna metal dari bahan nikel. Sedangkan sisi dalam berwarna keemasan yang dibuat dari bahan kuningan. Namun sayangnya, uang dengan paduan dua bahan ini sudah ditarik.
Uang logam memang memiliki nominal yang lebih kecil jika dibandingkan dengan uang kertas yang ada pada saat ini. Namun, coba deh bayangkan jika kita terus mengumpulkan hingga banyak, maka uang tersebut pastinya akan mempercepat pengisian tabungan. Misalnya Rp500 dikumpulkan setiap hari dalam setahun, pastinya kita sudah bisa memiliki uang ratusan ribu.
Selain menabung, kita juga bisa lho melakukan investasi untuk masa depan. Tidak hanya investasi uang, namun juga kesehatan dengan memanfaatkan berbagai layanan dari asuransi. Bagi yang sedang mencari asuransi terbaik untuk pribadi maupun keluarga, langsung saja cari tahu apa saja ragam jenis asuransi yang tersedia di Lifepal, yuk!