Bagaimana mengatur keuangan di kondisi pemasukan yang tak menentu?
Dalam mengatur keuangan, ada bagian untuk kita sedekah.
Tapi, saat ini penghasilan saya tidak menentu, bagaimana cara saya mengatur keuangan saat ada yang meminta bantuan dana apakah memberikan atau mengabaikannya?
Jawaban
Pahami Konsep Bersedekah
Bersedekah saat kita masih sehat, saat kita takut menjadi fakir, dan saat kita berangan-angan menjadi kaya. Memberi sedekah bukanlah wajib hukumnya, namun disarankan bagi siapa saja dan bisa dalam bentuk apa saja tidak harus berupa uang/barang. Jadi bila memang kondisi sedang tidak memungkinkan, kita dapat memberi sedekah dalam bentuk tenaga atau barang bekas layak pakai. Memberi sedekah dikala kita sempit akan lebih bermakna. Memberi sedekah justru membuat kita merasa kaya, dan tidak akan membuat kita menjadi miskin. Pertama-tama kita harus memahami konsep itu dulu. Tetaplah berpikir positif bahwa yang namanya niat baik pastilah ada jalannya.
Menentukan berapa jumlah sedekah yang diberikan tentunya lebih terasa mudah bagi mereka yang punya penghasilan tetap, tapi bukan berarti sulit bagi yang berpenghasilan tidak tetap. Justru ada seni tersendiri yang menarik untuk mengatur penghasilan tidak tetap.
Catat Penghasilan Bulanan
Sekarang kita atur dulu keuangannya ya. Saya asumsikan penghasilan Anda adalah penghasilan bulanan yang tidak tetap. Hal pertama yang kita lakukan adalah mencatat penghasilan bulanan, kalau bisa selama 1 tahun penuh (12 bulan) atau minimal 6 bulan. Dari catatan itu kita bisa memperkirakan tren kapan penghasilan lebih tinggi dan kapan lebih rendah. Kemudian dari daftar penghasilan tersebut, dihitung penghasilan rata-ratanya perbulan, seperti contoh berikut:
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penghasilan perbulan tidak tetap yaitu antara Rp5.500.000,- sampai dengan 7.600.000,-, dengan rata-rata bulanan sebesar Rp6.450.000,-.
Catat Pengeluaran Rutin Setiap Hari
Kedua, mulailah mencatat pengeluaran secara rutin setiap hari, mulai dari bangun pagi sampai tidur malam hari. Semua jenis pengeluaran harus dicatat termasuk misalnya: uang parkir. Pencatatan bisa dilakukan di buku/notes, aplikasi di telepon genggam atau di spreadsheet komputer. Gunakan yang paling nyaman untuk kita. Bila kita bisa melakukan secara rutin selama 1 bulan, maka hal ini akan menjadi kebiasaan. Tujuan dari mencatat penghasilan dan pengeluaran adalah supaya kita mengetahui pola pemasukan dan pengeluaran kas. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk menyusun perencanaan anggaran.
Memperhitungkan dan Menyusun Anggaran
Nah, bagaimana caranya menyusun anggaran? Menyusun anggaran adalah bersifat unik untuk setiap individu, jadi kita tidak dapat menerapkan anggaran yang seragam untuk semua orang. Untuk mudahnya saya berikan contoh seperti berikut ya:
Seperti terlihat di grafik berikut: untuk pos kebutuhan hidup (seperti biaya makan, transportasi, cicilan utang, dsb.) sebesar 60%. Pos zakat, infaq, sedekah sebesar 10%. Pos investasi sebesar 10% dan keinginan (seperti: makan di restoran, pakaian, gadget) sebesar 20%. Besaran pos-pos diatas tidak bersifat baku dan bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Jadi untuk penghasilan tidak tetap, kita bisa memperhitungkan anggaran berdasarkan penghasilan bulanan rata-rata, seperti contoh yaitu Rp6.450.000,-, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel berikut adalah pos-pos anggaran bulanan yang bisa dijadikan patokan setiap bulannya. Perlu diingat bahwa pada saat penghasilan lebih rendah dari Rp6.450.000,-, kita perlu menyesuaikan porsi pos-pos tersebut, atau menggunakan surplus dari bulan-bulan dimana penghasilan lebih besar dari Rp6.450.000,-. Jadi pada saat penghasilan kita diatas Rp6.450.000,-, kita harus sisihkan sisanya untuk dialokasikan pada bulan-bulan dimana penghasilan kita dibawah rata-rata.
Setiap awal bulan, kita dapat langsung menyisihkan dana untuk zakat, infaq dan sedekah serta investasi, sehingga tidak terpakai untuk kebutuhan hidup dan keinginan. Nah, dengan melaksanakan penyusunan anggaran diatas, kita bisa mengetahui berapa yang bisa kita bayarkan untuk sedekah setiap bulannya. Misalnya bila setiap bulan kita membayar zakat sebesar Rp161.250,- (2,5% x Rp6.450.000,-), maka kita bisa menyisihkan untuk sedekah maksimal sebesar Rp483.750,- (Rp645.000 – Rp161.250).
Selain cara penentuan jumlah sedekah yang dapat kita bayarkan secara bulanan, Anda juga bisa menyisihkan sejumlah dana untuk sedekah secara harian. Misalnya Anda menentukan untuk menyisihkan dana sebesar Rp450.000,- perbulan untuk sedekah, maka Anda dapat menyisihkan sebesar Rp15.000,- perhari (Rp450.000 : 30 hari). Cara ini mungkin akan lebih nyaman karena nilai uang sebesar Rp15.000,- tidak terlalu terasa besar dibandingkan jika harus menyisihkan dana Rp450.000,- perbulan.
Jadi, jangan kuatir. Berapapun penghasilan yang diperoleh, kita tetap bisa memberikan sedekah kepada yang membutuhkan. Tentunya dengan jumlah yang sudah terukur sesuai kemampuan kita. Semoga solusi ini dapat membantu.