Atrofi Otot – Penyebab, Gejala, Cara Mengatasinya, dll

atrofi otot

Pernah mendengar tentang atrofi otot? Itu loh, fenomena penyusutan jaringan otot yang umumnya terjadi saat kamu terlalu lama tidak menggunakan bagian tubuh tertentu. Kondisi ini bisa dicegah, bahkan dapat diobati sesuai jenisnya.

Bila kamu mengalami atrofi otot, praktis pergerakan tubuh akan turut terganggu. Tak hanya itu, gangguan itu berisiko mengubah bentuk tubuh pengidapnya akibat pengurangan jaringan otot.

Akibatnya, bagian tubuh dengan kelainan itu berisiko tidak tampak proporsional.

Untuk bisa mencegah terjadinya gangguan jaringan otot tersebut, kamu perlu mengenali penyakit itu lebih dulu. Termasuk mempelajari penyebab, gejala, pencegahan, hingga pengobatannya.

Apa itu atrofi otot?

Secara sederhana, atrofi otot adalah kondisi ketika otot tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu. Atrofi adalah kelainan otot yang umumnya terjadi karena kamu kurang melakukan aktivitas fisik.

Misal, kamu mengalami cedera di lutut untuk waktu yang lumayan lama, sehingga tak dapat menggerakkan kaki dengan bebas. Maka, risiko kamu terkena atrofi otot kaki–khususnya di bagian lutut–akan meningkat.

Bahkan, bukan hanya orang yang mengalami cedera saja yang berpotensi mengalami penyusutan jaringan otot. Astronot yang terlalu lama berada di luar angkasa juga berpotensi terkena gangguan itu, loh.

Penyebab atrofi otot

Penyebab atrofi otot adalah mobilitas terbatas karena kondisi tertentu.

Misal, pekerjaanmu hanya membutuhkan sedikit pergerakan atau kamu baru saja menjalani pembedahan mayor seperti operasi patah tulang di kaki sehingga harus bed rest total.

Lebih lanjut, atrofi otot dapat terjadi karena penyakit yaitu stroke, patah tulang, atau gangguan saraf.

Mengapa? Sebab deretan gangguan kesehatan itu mengharuskan kamu berbaring di tempat tidur dalam waktu lama selama masa perawatan.

Selain itu, atrofi terjadi pada otot yang terserang penyakit berikut ini:

  • ALS (amyotrophic lateral sclerosis) atau penyakit Lou Gehrig yang memengaruhi sel-sel saraf pengontrol gerakan otot sukarela.
  • Dermatomiositis yang melemahkan otot dan ruam kulit.
  • Sindrom Guillain-Barré, kondisi autoimun yang membuat tubuh menghancurkan lapisan pelindung saraf.
  • MS, kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf pusat. Akibatnya, muncul peradangan berbahaya di serabut saraf.
  • Distrofi otot alias kondisi genetik penyebab kelemahan otot.
  • Neuropati, yakni kerusakan saraf atau kelompok saraf yang berujung hilangnya sensasi atau fungsi.
  • Osteoartritis yang membuat gerakan pada persendian berkurang.
  • Polio atau penyakit akibat virus yang menyerang jaringan otot, bisa sebabkan kelumpuhan.
  • Polymyositis/myositis atau penyakit radang otot yang berujung pada kelemahan otot dan nyeri.
  • Rheumatoid arthritis di mana autoimun inflamasi kronis berdampak pada sendi.
  • Atrofi otot tulang belakang, yakni kondisi genetik yang membuat otot kaki dan lengan melemah.
  • Cachexia atau kondisi metabolisme kompleks yang menyebabkan penurunan berat badan ekstrem. Biasanya ini terjadi akibat kanker dan HIV.
  • Penuaan, kelemahan otot akibat konsumsi alkohol berlebihan, luka bakar, dan malnutrisi juga termasuk penyebab atrofi otot.

    Menurut International Osteoporosis Foundation, pengurangan massa lemak pun dapat terjadi akibat diet rendah protein tanpa lemak, buah-buahan, dan sayuran.

    Tanda dan gejala atrofi otot

    Bagaimana cara mengetahui tanda dan gejala atrofi otot? Apa saja indikator yang bisa menunjukkan kalau jaringan otot kamu mengalami penyusutan? Ingat, beberapa poin ini dapat membantu kamu mendeteksi adanya gangguan pada jaringan otot:

  • Salah satu lengan atau kaki kamu tampak lebih kecil dari yang satunya. Misal: tangan kanan terlihat lebih kecil dibanding kiri.
  • Terjadi pelemahan dan kelemahan di anggota badan tertentu, seperti kaki atau tangan.
  • Kamu sudah tidak lama melakukan aktivitas fisik dan cenderung lebih sering berbaring atau rebah-rebahan.
  • Sulit menjaga keseimbangan tubuh, kesulitan berjalan, hingga sering jatuh.
  • Massa otot berkurang.
  • Tetap tidak bisa aktif dalam jangka waktu panjang.
  • Kesulitan berbicara dan menelan.
  • Kelemahan wajah.
  • Kehilangan memori secara bertahap.
  • Gangguan koordinasi otot.
  • Mati rasa atau kesemutan di lengan atau kaki yang terjadi bertahap.
  • Berkurangnya gerakan secara progresif.
  • Diagnosis penyakit atrofi otot

    Beberapa langkah pengujian diperlukan untuk mendeteksi atau diagnosis penyakit atrofi otot. Berikut perinciannya:

  • Dokter akan menanyakan riwayat cedera dan kondisi medis, obat dan suplemen yang kamu konsumsi, serta keluhan yang kamu alami.
  • Kamu diminta melakukan tes, antara lain: tes darah, sinar X, MRI, CT, studi konduksi saraf, biopsi otot atau saraf, dan elektromiografi (EMG).
  • Setelah itu, dokter mungkin akan merujuk kamu ke spesialis tertentu, tergantung pada hasil pemeriksaan sebelumnya.
  • Bagaimana cara mengatasi atrofi otot?

    Secara umum, atrofi adalah kelainan otot yang penanganannya beragam. Mulai dari olahraga, terapi fisik, stimulasi listrik fungsional (FES), terapi ultrasonografi, pembedahan, dan perubahan pola makan.

    Yang perlu diperhatikan, pengobatan atrofi otot juga akan disesuaikan dengan jenisnya. Berikut ini penjelasannya:

    Pengobatan atrofi otot sesuai jenis

    Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan jenisnya, berikut beberapa caranya:

    1. Atrofi disuse 

    Gangguan ini terjadi karena massa pada jaringan otot menurun sehingga ada penyusutan. Otomatis, terjadi pelemahan pada otot.

    Fenomena tersebut disebabkan oleh terganggunya sinyal dari saraf ke otot, serta pemilik otot yang kurang beraktivitas.

    Untuk mengatasinya, kamu harus lebih banyak bergerak sehingga otot akan lebih sering digunakan. Misalnya, mulai rutin berolahraga atau melakukan kegiatan dengan mobilitas tinggi.

    Jangan lupa juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah beraktivitas.

    2. Atrofi neurogenik

    Gangguan jaringan otot ini terjadi saat ada cedera atau penyakit saraf seperti MS.

    Umumnya, jenis atrofi ini cenderung terjadi secara tiba-tiba ketimbang yang sebelumnya. Dalam kondisi tersebut, terjadi kerusakan fisik pada sarafmu.

    Terapi fisik NMES (Neuromuscular Electrical Stimulation) digunakan sebagai pengobatan atrofi neurogenik.

    Dengan metode itu, akan dilakukan stimulasi lewat impuls listrik kecil ke saraf dan otot guna menghasilkan kontraksi otot.

    Pengiriman impuls itu dilakukan melalui elektroda di atas kulit atau otot.

    3. Contracture deformity

    Istilah ini merujuk pada kondisi di mana tendon, ligamen, kulit, dan otot terlalu tegang sehingga membuat kamu sulit bergerak.

    Jika itu terjadi karena tendon robek, maka diperlukan tindakan pembedahan. Tindakan ini membutuhkan biaya operasi yang tidak kecil.

    Pencegahan atrofi otot

    Tentunya mencegah lebih baik dari mengobati. Cara mencegah atrofi otot adalah sebagai berikut ini:

    1. Rutin bergerak (aktif)

    Mayoritas orang yang baru sembuh dari cedera, kanker, atau stroke relatif jarang beraktivitas dan bergerak. Begitu juga dengan penderita penyakit Parkinson (multiple sclerosis).

    Namun, studi dari Cartee dkk (2016) menyebut, kondisi seperti itu berkontribusi besar memperkuat risiko terkena atrofi otot jika terus-menerus dibiarkan. Sebab, itu dapat memperburuk kemampuan fisik kamu secara keseluruhan.

    2. Terapi fisik

    Mengikuti terapi fisik dan rehabilitasi saat mengidap kondisi neurologis sangatlah penting, demikian menurut riset dari Doyle dan Mackay-Lyons (2013).

    Dengan begitu, jadwal kegiatan kamu sudah terencana dan terjadwal dengan baik, sehingga bisa membantu pemulihan kekuatan dan fungsi gerak tubuh.

    3. Lakukan peregangan ringan

    Aktivitas peregangan ini dapat dilakukan sebelum memulai terapi aktif. Misal, kamu bisa meregangkan lengan dan kaki dengan gerakan-gerakan ringan. Berdasarkan jurnal Hosseini dkk (2019), peregangan bagus untuk para penderita stroke.

    4. Mengonsumsi nutrisi dengan cukup

    Setelah melakukan aktivitas fisik, sebaiknya konsumsi makanan bergizi dan bernutrisi. Dengan begitu, otot dapat kembali ke ukuran dan bentuknya yang semula sehingga bisa mencegah atrofi.

    Tips dari Lifepa! Menjaga kesehatan otot memang penting. Meskipun kamu menjalani pekerjaan yang tidak mengharuskan banyak bergerak, pastikan untuk selalu aktif agar massa otot dapat terjaga.

    Terlalu memforsir otot tidak baik, tapi kurang gerak juga sama tidak baiknya tubuh. Jadi, kamu tetap harus selalu aktif dalam batas yang wajar.

    Apabila mengalami penyakit yang mengharuskan kamu untuk bed rest, pastikan berkonsultasi dengan dokter tentang solusi apa yang bisa dilakukan agar tetap terhindar dari kondisi seperti ini.

    Pentingnya asuransi kesehatan

    Menjaga kesehatan itu sangat penting karena seperti yang kita tahu, biaya perawatan medis itu tidak murah lho.

    Di sisi lain, meskipun sudah menerapkan pola hidup sehat, tapi yang namanya penyakit itu tidak dapat sepenuhnya dihindari. Maka dari itu, kamu membutuhkan proteksi dari asuransi kesehatan.

    Asuransi kesehatan memberikan manfaat mulai dari rawat jalan, rawat inap, hingga pembedahan apabila diperlukan.

    Kamu bisa memilih asuransi kesehatan sesuai dengan kebutuhanmu dan keluarga. Dapatkan penawaran terbaik di Lifepa!

    Selain memberikan perlindungan lewat asuransi, jangan lupa juga untuk menyiapkan dana darurat. Coba hitung dana darurat yang dibutuhkan keluargamu dengan kalkulator berikut:

    Pertanyaan seputar atrofi otot

    Atrofi otot adalah kelainan otot yang membuat jaringan otot menyusut. Kondisi ini dapat disebabkan berbagai hal seperti kurangnya aktivitas fisik baik itu karena orang tersebut memang jarang bergerak atau karena penyakit tertentu yang mengharuskan untuk bed rest.
    Tentu saja sangat penting! Meskipun sudah menerapkan pola hidup sehat, tentu risiko penyakit masih akan terus ada. Memiliki asuransi kesehatan dapat membuat kamu lebih tenang ketika penyakit datang karena kamu tidak perlu mengkhawatirkan biaya perawatan medis yang tidak murah. Dapatkan asuransi kesehatan untuk keluarga termurah di Lifepal.