Pahami Pengertian Amortisasi dan Cara Menghitungnya

amortisasi bayar utang

Amortisasi adalah pembayaran utang yang dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu atau periode tertentu. Istilah ini biasa dipakai dalam dunia perpajakan, keuangan, dan akuntansi.

Contoh dari amortisasi yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan biasa ditemui masyarakat antara lain pembayaran bulanan terkait:

  • Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
  • Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).
  • Kredit kendaraan.
  • Kartu kredit.
  • Agar amortisasi ini bisa lancar, syaratnya adalah jumlah pembayaran atau total angsuran harus lebih besar untuk membayar pokok pinjaman dan bunga. Dalam bisnis, jika perusahaan melakukan amortisasi biaya, maka amortisasi ini bermanfaat mengaitkan biaya aset dengan pendapatan yang dihasilkannya.

    Selain amortisasi ada istilah lain yang masih terkait, yaitu depresiasi dan deplesi. Berikut penjelasannya.

    Perbedaan Amortisasi, Depresiasi, dan Deplesi

    perbedaan amortisasi, depresiasi, dan deplesi

    Sebelum melirik perbedaannya, ada baiknya kita mengetahui pengertiannya. Depresiasi adalah penghitungan penyusutan manfaat ekonomi untuk aset (aktiva) tetap berwujud, seperti tanah, gedung kantor, dan kendaraan.

    Deplesi memiliki arti sebagai metode penghitungan penyusutan nilai atas aset tetap berwujud dan tidak berwujud yang menjadi sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui atau proses pembaharuannya membutuhkan waktu lama, seperti kayu, bijih besi, dan produk tambang lainnya.

    Berdasarkan pengertiannya, masing-masing dari istilah ini memiliki persamaan, yaitu penghitungan penurunan manfaat ekonomi atas suatu aset tetap.

    Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

    1. Amortisasi

    Prinsip amortisasi sama dengan pengertiannya. Tetapi, amortisasi biasanya digunakan untuk mengukur nilai penjualan nantinya. Misalnya, saja suatu perusahaan memiliki hak paten atas mesin berat pengolah tebu selama 10 tahun. 

    Apabila perusahaan menghabiskan dana Rp300 juta untuk mengolah tebu menjadi aneka produk, maka biaya amortisasi yang diakui dan dicatat pada buku keuangan adalah Rp300 juta dibagi 10 tahun, yaitu Rp30 juta per tahun.

    2. Depresiasi

    Dalam menghitung atau menilai penyusutan suatu aset tetap dalam depresiasi dilakukan berdasarkan faktor yang memengaruhinya, yaitu:

  • Harga perolehan (acquisition cost), yaitu harga yang harus dikeluarkan ketika membeli aset tetap tersebut. Faktor ini paling berpengaruh karena menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan per periode.
  • Nilai residu (salvage value), yaitu perkiraan nilai yang diperoleh apabila aset tetap tersebut dijual pada saat penghentian masa guna aset. Nilainya tidak ada ketika aset tetap tidak dijual pada saat masa penghentian penggunaan atau dibiarkan habis terkorosi.
  • Umur ekonomis aktiva (economical lifetime), yaitu umur kebanyakan aset yang terdiri atas dua jenis dan dapat diukur yaitu umur fisik dan umur fungsional. Suatu aset dinilai masih memiliki umur fisik jika masih dalam kondisi baik, walau fungsinya menurun. Sedangkan umur fungsional adalah nilai aset tersebut ketika masih berkontribusi bagi perusahaan.
  • 3. Deplesi

    Berbeda dari aset tetap yang dihitung dalam depresiasi yang bisa tergantikan, deplesi tidak demikian. Dalam penghitungan deplesi biasanya ditentukan berbagai faktor, yaitu:

  • Harga perolehan aset atau aktiva, yaitu total pengeluaran yang dilakukan sejak memiliki izin hingga sumber daya alam tersebut dapat diambil hasilnya.
  • Taksiran nilai sisa, yaitu apabila SDA telah selesai dieksploitasi. Ini merupakan perkiraan nilai dari lahan tambang yang telah dieksploitasi.
  • Taksiran hasil secara ekonomis dapat dieksploitasi, yaitu perkiraan deplesi yang dihitung untuk tiap unit dari hasil SDA yang diambil.
  • Penghitungan Amortisasi

    Dengan adanya amortisasi berarti pembayaran utang terdiri atas pembayaran pokok pinjaman (principal) dan pembayaran bunga (interest). Pokok diartikan sebagai saldo pinjaman yang masih ada dan perlu dilunasi.

    Sama seperti prinsip berutang, semakin banyak pokok yang dibayarkan berarti pembayaran bunga semakin berkurang. Berikut ini cara menghitung amortisasi pinjaman bulan pertama dan amortisasi pinjaman untuk keseluruhan pinjaman.

    1. Penghitungan amortisasi pinjaman bulan pertama

    Dalam menghitung amortisasi pinjaman bulan pertama ada tahapan yang harus dilakukan berurutan. Tujuannya agar hasil hitungan tidak kacau.

    Adapun tahapannya adalah pengumpulan data dan menghitung amortisasi pinjaman, menyiapkan kertas kerja, menghitung pinjaman bulan dan total angsuran, menghitung angsuran bunga, menghitung angsuran pokok, dan menghitung saldo pinjaman.

    Pengumpulan data

    Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung amortisasi pinjaman adalah pokok pinjaman, suku bunga, dan tenor pinjaman. Berikut contoh penghitungannya.

  • Pokok pinjaman Rp10 juta.
  • Suku bunga 6 persen.
  • Tenor 12 bulan (1 tahun).
  • Menyiapkan kertas kerja (spreadsheet)

    Langkah kedua ini mempermudah kita dalam penghitungan nantinya. Gunakan Microsoft Excel untuk menghitung amortisasi. Kemudian buat kolom berbagai data yang bakal digunakan dalam rumus nantinya. Berikut kolom yang dibutuhkan:

  • Bulan.
  • Bunga.
  • Angsuran pokok.
  • Angsuran bunga.
  • Total angsuran.
  • Pokok pinjaman/saldo pinjaman.
  • Menentukan pinjaman bulan sebelumnya dan menghitung total angsuran

    Dalam menghitungnya kita menggunakan rumus ini!

    P x [ ( i : 12 ) / (1 – (1 + (i : 12)) -t] 

    Keterangan:

  • P adalah saldo pinjaman.
  • i adalah bunga.
  • T adalah jumlah tenor.
  • Dari data sebelumnya kita bisa menghitung dengan cara berikut.

    10.000.000 x (6%:12) / (1 – (1+(6%:12)-12) = Rp860.664.

    Dengan hitungan tersebut, maka nilai atau total angsuran pada bulan pertama hingga bulan ke-12 sama yaitu Rp860.664.

    Menghitung angsuran bunga

    Untuk menghitung angsuran bunga digunakan rumus berikut ini!

    Angsuran bunga = saldo pinjaman bulan sebelumnya x suku bunga x (30/360)

    Dari data contoh sebelumnya, maka angsuran bunga adalah:

    Rp10 juta x 6% x (30/360) = Rp50 ribu.

    Menghitung angsuran pokok

    Menghitung angsuran pokok menerapkan rumus berikut ini.

    Angsuran pokok = total angsuran – angsuran bunga

    Berdasarkan data contoh di atas, maka angsuran pokok yang bisa dihitung yaitu:

    Rp860.664 – Rp50.000 = Rp810.664.

    Menghitung saldo pinjaman

    Saldo pinjaman dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

    Saldo pinjaman = saldo pinjaman bulan sebelumnya – angsuran pokok

    Berdasarkan data contoh di atas, maka saldo pinjamannya adalah:

    Saldo pinjaman = Rp10.000.000 – Rp860.664 = Rp9.189.336.

    2. Penghitungan amortisasi pinjaman untuk keseluruhan

    Untuk menghitung bulan kedua hingga bulan terakhir (sesuai contoh sebelumnya hingga bulan kedua belas), maka kita bisa menggunakan spreadsheet yang sudah disiapkan pada poin penghitungan amortisasi pinjaman bulan pertama.

    Dengan menggunakan Microsoft Excel ini, kita bisa melihat saldo pinjaman yang semakin berkurang setiap bulannya. Seiring waktu, angsuran pokok semakin bertambah, sedangkan angsuran bunga semakin berkurang.

    Adapun hasil analisis amortisasi pada akhir masa pinjaman pembayaran angsuran bunganya akan menurun hingga mendekati angka nol. Sementara jumlah saldo pinjaman pada akhir masa pinjaman adalah Rp0.

    Dengan hitungan amortisasi ini, baik pebisnis ataupun karyawan bisa menerapkannya. Misalnya saja kita memiliki utang dan jatuh tempo dalam setahun seperti contoh di atas. Nantinya, kita bisa mengatur keuangan agar tidak telat membayar utang tersebut.

    Selamat mencoba!