Radang Usus Buntu: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dll

radang usus buntu

Apendisitis atau radang usus buntu adalah gangguan pencernaan berupa peradangan pada usus buntu (appendix). Usus buntu merupakan organ berbentuk selang kecil dan tipis yang menempel pada bagian awal usus besar.Usus buntu terletak di perut bagian kanan bawah.

Organ yang satu ini tidak memiliki fungsi, tapi saat tersumbat dapat membahayakan dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Jika tidak diatasi dengan segera, ada kemungkinan usus buntu yang meradang dapat pecah, mengeluarkan feses/tinja ke rongga perut. Ini dapat berpotensi menyebabkan infeksi yang membahayakan (peritonitis) atau bisa juga tertutup dan membentuk abses.

Apa penyebab radang usus buntu?

Hingga saat ini, apa penyebab radang usus buntu belum diketahui. Meski begitu, nyatanya di banyak negara, radang usus buntu adalah penyebab paling umum dari sakit perut yang mengakibatkan pembedahan. Namun, para ahli percaya bahwa radang usus buntu sering disebabkan oleh adanya infeksi usus buntu.

Hal ini kerap dipicu oleh penyumbatan yang disebabkan oleh fekolit (batu tinja) atau pada kasus yang jarang bisa ditimbulkan oleh tumor. Saat tersumbat, bakteri dapat tumbuh dan berkembang hingga menyebabkan peradangan dan infeksi.

Inilah yang membuat usus buntu meradang, lantaran usus buntu membengkak dan terisi nanah. Jika usus pecah, bakteri dapat menyebar dan menyebabkan infeksi ke seluruh tubuh. Pada beberapa kasus, usus yang buntu ini meradang akibat dari infeksi.

Selain itu, radang usus buntu disebabkan oleh lymphoid hyperplasia yang terkait dengan penyakit peradangan dan infeksi seperti penyakit Crohn, campak, amebiasis, gastroenteritis, infeksi pernapasan, dan mononukleosis.

Faktor risiko radang usus buntu

Sesuai dengan namanya, radang usus buntu menyerang organ usus buntu. Ada beberapa faktor risiko penyakit radang usus buntu. Beberapa di antaranya adalah:

Keturunan

Selain karena penyumbatan oleh batu feses maupun benda asing, faktor genetik juga ambil bagian dalam kemunculan usus buntu akut. Sebanyak 56% penyebab kondisi merujuk pada faktor genetik.

Risiko bisa terjadi pada anak yang setidaknya terikat darah dengan satu anggota keluarga inti yang punya riwayat penyakit usus buntu (aktif atau sudah pernah diobati) meningkat 10 kali lipat ketimbang dengan anak yang berasal dari keluarga bebas penyakit usus buntu.

Penyebab penyakit usus buntu akut diturunkan oleh keluarga dilaporkan terkait dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) dan golongan darah. Mereka juga menemukan bahwa golongan darah A memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami penyakit ini daripada golongan O.

Terkena virus

Radang usus buntu mungkin saja disebabkan oleh infeksi virus atau infeksi yang belum ditentukan.

Selain itu, kecenderungan peningkatan kasus penyakit ini juga terjadi selama musim panas. Meski begitu, belum ditemukan hubungan sebab-akibat pasti antara kedua faktor ini.

Kurang makan makanan berserat

Pada dasarnya, makanan bukanlah penyebab radang usus buntu. Akan tetapi, penyumbatan usus yang kemudian meradang bisa saja terjadi akibat penumpukan makanan tertentu yang tidak hancur saat dicerna. Misalnya, makanan cepat saji yang tinggi karbohidrat dan rendah serat.

Paparan polusi udara

Terdapat juga kaitan antara polusi udara, terutama kadar ozon yang tinggi, dan peradangan usus buntu.

Para ahli tidak yakin mengapa polusi udara terkait dengan peningkatan risiko radang usus buntu, namun kemungkinan kadar ozon yang tinggi meningkatkan peradangan usus atau mengganggu mikroba pada usus.

Penelitian menunjukkan bahwa radang usus buntu lebih sering terjadi pada musim panas. Kemungkinannya adalah akibat kombinasi peningkatan polusi udara, infeksi pencernaan dan tingginya konsumsi makanan cepat saji dan makanan yang tinggi karbohidrat dan rendah serat.

Gejala radang usus buntu

Gejala radang usus buntu adalah nyeri di perut yang disebut kolik abdomen. Nyeri usus buntu sebagai ciri-ciri radang usus buntu tersebut dapat berawal dari pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah perut. Lokasi nyerinya bisa berbeda-beda, tergantung pada usia pasien dan posisi usus buntu itu sendiri.

Dalam waktu beberapa jam, nyeri akibat penyakit usus buntu bisa bertambah parah, terutama saat bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, nyeri juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur.

Gejala nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain yang juga menjadi ciri radang usus buntu, di antaranya:

  • Perut kembung.
  • Mual dan muntah.
  • Demam dan menggigil.
  • Hilang nafsu makan.
  • Tidak bisa buang gas atau kentut.
  • Sembelit (konstipasi).
  • Diare.
  • Pengobatan radang usus buntu

    Pada umumnya, radang usus buntu dapat diatasi dengan cara operasi. Jika operasi diperlukan, dokter akan terlebih dahulu memberikan antibiotik melalui infus, untuk mengobati infeksi yang mengakibatkan radang usus buntu.

    Perlu diketahui, hingga saat ini penyakit usus buntu belum dapat diobati dengan pengobatan herbal apa pun, termasuk kunyit.

    Oleh sebab itu, ketimbang kamu mencari pengobatan yang belum pasti benar, lebih baik mencari pertolongan medis guna menghindari terjadinya komplikasi dari radang usus buntu.

    Pengobatan utama penyakit usus buntu adalah dengan operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Pengangkatan usus buntu di sistem pencernaan tidak akan menyebabkan masalah jangka panjang, karena usus buntu juga tidak berperan penting pada orang dewasa.

    Ada dua cara dalam melakukan apendektomi, yaitu melalui operasi lubang kunci (laparoskopi) dan bedah terbuka (laparotomi). Kedua teknik bedah tersebut diawali dengan melakukan bius total pada pasien. Berikut penjelasannya:

    Operasi laparoskopi

    Operasi usus buntu dengan laparoskopi dilakukan dengan membuat beberapa sayatan sebesar lubang kunci di perut. Melalui sayatan tersebut, dokter akan memasukkan alat bedah khusus untuk mengangkat usus buntu.

    Ketahui kisaran biaya laparoskopi sebelum memilih prosedur yang satu ini.

    Operasi laparotomi

    Laparotomi dilakukan dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5–10 cm dan mengangkat usus buntu. Bedah terbuka ini dianjurkan untuk penyakit usus buntu yang infeksinya telah menyebar keluar usus buntu atau jika usus buntu sudah bernanah (abses).

    Sementara untuk kasus usus buntu yang sudah pecah dan menimbulkan abses, nanah harus dikeluarkan terlebih dahulu. Pelaksanaan apendektomi baru dapat dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi terkendali.

    Proses pemulihan setelah operasi laparoskopi lebih singkat dibandingkan setelah bedah terbuka. Pasien dapat pulang dari rumah sakit beberapa hari pascaoperasi. Namun, jika terjadi komplikasi saat operasi, maka perawatan di rumah sakit dapat berlangsung lebih lama.

    Pada masa pemulihan, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri dan mengimbau pasien untuk menghindari aktivitas fisik yang berat sampai 3–5 hari setelah operasi laparoskopi, atau 10–14 hari jika pasien menjalani laparotomi.

    Cara mengobati radang usus buntu tanpa operasi

    Dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa ditangani tanpa operasi. Cara mengobati radang usus buntu tanpa operasi adalah dengan pemberian obat antibiotik.

    Akan tetapi, pengobatan usus buntu tanpa operasi ini hanya bisa dilakukan pada kondisi yang masih ringan dan belum disertai komplikasi atau pecahnya usus buntu.

    Jenis antibiotik yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan tipe kuman yang menyebabkan infeksi di usus buntu. Obat antibiotik yang diberikan pun bisa melalui suntikan atau pemberian obat antibiotik yang diminum. Selama pengobatan, kondisi penderita tetap perlu dipantau oleh dokter.

    Apabila kondisi penderita tidak membaik atau justru semakin parah meski sudah mendapatkan obat-obatan, langkah operasi tetap perlu dilakukan untuk menangani usus buntu.

    Sementara untuk penderita usus buntu yang berhasil ditangani dengan obat-obatan tanpa operasi, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan kembali dalam waktu enam bulan.

    Guna memantau kondisi usus buntu yang dialami penderita, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti kolonoskopi, tes darah, serta pemeriksaan radiologi, seperti foto Rontgen, USG, atau CT scan perut.

    Berbagai riset menyebutkan bahwa pemberian antibiotik tanpa operasi cukup efektif untuk mengobati usus buntu ringan. Sekitar 60% penderita usus buntu yang hanya ditangani dengan antibiotik, tidak perlu menjalani operasi pengangkatan usus buntu dalam jangka waktu 5 tahun setelah pengobatan.

    Meski demikian, sebagian penderita tetap ada yang perlu menjalani operasi usus buntu meski sudah mendapatkan antibiotik. Diperkirakan ada sekitar 25% penderita usus buntu yang menjalani operasi, padahal sebelumnya telah mendapatkan obat antibiotik.

    Cara mencegah radang usus buntu

    Meski cara mencegah peradangan usus buntu belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya usus buntu, yaitu:

  • Meningkatkan asupan makanan sumber serat.
  • Minum air putih dalam jumlah yang cukup.
  • Mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
  • Tips dari Lifepal! Meskipun tidak memiliki fungsi spesifik bagi tubuh, kamu tetap harus menjaga kesehatan pencernaan agar terhindar dari penyakit satu ini.

    Jika kamu merasakan gejala yang mengindikasikan peradangan usus buntu, kamu juga sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter karena kebanyakan kondisi ini harus diatasi dengan pembedahan.

    Pentingnya asuransi kesehatan

    Asuransi kesehatan memberikan manfaat pertanggungan ketika yang tertanggung sakit. Kamu jadi tidak perlu khawatir harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk perawatan medis.

    Seperti yang kita ketahui, biaya perawatan medis itu tidak murah, ada banyak biaya yang harus dikeluarkan, mulai dari biaya pemeriksaan hingga tindakan medis seperti operasi. 

    Jangan sampai biaya ini menguras bahkan tabunganmu. Maka dari itu, kamu bisa memanfaatkan asuransi untuk meng-cover biaya-biaya tersebut.

    Selain memiliki asuransi kesehatan, jangan lupa juga untuk selalu sedia dana darurat, Berapa sih yang kamu butuhkan? Coba hitung dengan kalkulator berikut ini:

    Pertanyaan seputar peradangan usus buntu

    Penyakit radang usus buntu disebut juga dengan apendisitis atau peradangan pada apendiks vermiformis (umbai cacing/usus buntu.
    Biaya perawatan medis itu tidak murah. Daripada biaya tersebut menghabiskan tabunganmu, lebih baik manfaat asuransi kesehatan yang bisa meng-cover biaya-biaya tersebut. Datangnya penyakit ini juga tidak bisa ditebak, jadi kamu harus mempersiapkan asuransi ini sesegera mungkin dan jangan tunggu penyakit datang. Dapatkan asuransi sesuai kebutuhanmu di Lifepal.