Penyakit Usus Buntu – Kenali Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

usus buntu menyerang organ tubuh

Sering dianggap remeh, penyakit radang usus buntu dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Pada tahap yang sudah cukup parah, usus buntu bisa pecah serta menimbulkan nyeri hebat yang parah.  

Dalam artikel ini, Lifepal membahas penyebab radang usus buntu, gejala usus buntu dan pengobatannya. Simak sampai tuntas, ya

Apa itu usus buntu?

Usus buntu adalah peradangan apendiks vermiformis yang menimbulkan benjolan dari sisi kanan usus besar yang menyerupai umbai cacing. Usus buntu disebut juga apendisitis atau radang usus buntu. 

Selama ini belum ditemukan fakta apakah ada fungsi usus buntu karena manusia tetap dapat hidup tanpa organ ini.

Usus buntu dapat dialami oleh semua usia. Namun, kondisi rentan yang paling sering ditemukan pada usia 18-35 tahun. Untuk usia di bawah 2-10 tahun masih ditemukan beberapa kasus walaupun sangat jarang.

Penyebab usus buntu

Seringkali kita beranggapan bahwa usus buntu adalah akibat dari terlalu banyak dan terlalu sering mengonsumsi makanan pedas. Lalu, benarkah anggapan itu?

Faktanya, makanan pedas bukan penyebab usus buntu. Penyakit usus buntu ini diduga akibat gangguan sistem kekebalan tubuh, kerentanan genetik, serta paparan lingkungan.

Penyumbatan apendiks atau lapisan usus buntu dapat menyebabkan infeksi bakteri hingga usus buntu meradang, penuh nanah, dan bengkak.

Beberapa faktor berisiko yang diduga bisa menyebabkan penyakit usus buntu, seperti:

  • Kondisi medis seperti riwayat cedera perut, infeksi cacing (cacingan), hingga radang usus.
  • Sumbatan pada pintu rongga usus buntu, seperti tinja, pertumbuhan parasit, atau benda asing.
  • Kebiasaan merokok.
  • Infeksi saluran pencernaan atau bagian tubuh lainnya yang berakibat pembengkakan atau penebalan jaringan dinding usus buntu.
  • Konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) secara berlebihan
  • Tinggal dalam jangka waktu lama di dekat kawasan industri
  • Jika keadaan peradangan usus buntu tak segera diobati, hal yang bisa terjadi adalah usus buntu pecah dan menjadi pemicu peradangan pada lapisan perut.

    Gejala usus buntu 

    Biasanya kita seringkali keliru membedakan gejala sakit perut biasa, sakit perut karena asam lambung, dan gejala usus buntu.

    Jangan sampai kamu menyepelekan tanda-tanda berikut ini karena bisa saja mengalami gejala usus buntu kronis.  Untuk mengenali gejala usus buntu, simak tanda atau ciri ciri usus buntu berikut ini. 

    Sakit perut di sebelah kanan

    Banyak orang yang mendiagnosa bahwa semua sakit perut pada sebelah kanan adalah sakit usus buntu. 

    Dari situasi tersebut, kamu harus lebih cermat membedakan sakit perut biasa dengan gejala sakit perut yang diduga usus buntu.

    Nyatanya, nyeri tumpul diawali dari area pusar dan semakin menusuk secara konstan, kemudian berpindah ke kanan bawah bahkan bisa terasa sampai ke sebelah kiri ini adalah salah satu gejalanya. 

    Umumnya gejala ini yang pertama kali muncul.

    Rasa nyeri dapat memburuk saat berjalan, tertawa, bersin, batuk, dan bergerak saat berkendara di jalanan bergelombang.

    Dalam rentang beberapa jam, rasa sakit tersebut akan intens hingga bersifat hilang timbul dan dapat mengganggu waktu tidur nyenyak.

    Demam disertai menggigil

    Ketika kondisi tubuh semakin parah karena infeksi menyerang usus buntu, suhu tubuh akan meningkat menjadi demam tingkat ringan hingga sedang. Selain itu, terkadang beberapa penderita bisa sampai menggigil.

    Mual dan muntah

    Pada penderita usus buntu, ketika rasa sakit perut meradang akan segera disertai gejala mual dan muntah yang dapat berlangsung dari 12 jam sampai lebih. 

    Mual dan muntah merupakan gejala usus buntu ringan maupun kronis yang biasanya dialami oleh penderitanya. Gejala ini tentunya berbeda dengan gejala gangguan lambung yang disebabkan oleh refluks asam.

    Hilang nafsu makan

    Setelah gejala sakit perut parah, mual dan muntah serta demam, kini penderita usus buntu juga kehilangan nafsu makan yang disebabkan oleh perut terasa kembung. 

    Penderita usus buntu dapat merasakan perut kembuh selama beberapa hari, berlangsung lama dari siang maupun malam hari.

    Bila tubuh kesulitan buang angin yang berakibat perut kembung, itu penanda bahwa ada masalah dalam perut.

    Diare dan sembelit

    Bila diare dan sembelit disertai sakit perut yang parah selama dua hingga tiga hari, patut dicurigai itu adalah gejala radang usus buntu. 

    Tak hanya itu, kamu perlu tahu dan memantau apakah ada lendir di tinja serta sakit perut di sebelah kanan karena ada kemungkinan usus buntu pecah.

    Gejala usus buntu pada setiap orang akan berbeda, tergantung pada usia, serta posisi usus buntu. Namun, jika kamu mengalami gejala-gejala di atas, segera temui dokter untuk mendapatkan pertolongan medis.

    Hindari makan, minum, atau menggunakan obat-obatan yang bisa berakibat usus buntu meradang dan pecah.

    Pengobatan penyakit usus buntu

    Pengobatan penyakit usus buntu dilakukan untuk menghambat proses peradangan dan meredakan gejala.

    Sebelum mengobati penyakit usus buntu, tentu harus mendeteksi infeksi terlebih dahulu yang akan dilakukan dengan tes darah.

    Bila pemeriksaan darah menunjukkan hasil sel darah putih tinggi, kemungkinan tubuh kamu mengalami infeksi. Meningkatnya sel darah putih menandakan sistem kekebalan tubuh sedang berjuang melawan infeksi penyakit.

    Dokter akan meresepkan obat-obatan sesuai dengan kondisi pasien, lokasi penyakit dan seberapa parahnya rasa sakit.

    Namun, bila obat-obat tidak efektif, biasanya pengobatan usus buntu melibatkan operasi untuk mengangkat usus buntu yang meradang.

    Berikut beberapa cara penanganan yang dilakukan oleh dokter, yaitu:

    Pemberian obat-obatan

    Obat-obatan akan membantu meringankan sakit nyeri pada pasien bila radang usus buntu yang dialami ringan hingga tahap sedang dan beberapa kasus berat yang masih efektif. 

    Tentunya pemberian obat harus sesuai yang diresepkan oleh dokter, ya! Berikut beberapa obat yang umumnya diberikan untuk menangani radang usus buntu, seperti;

  • Aminosalicylates diresepkan untuk radang usus ringan hingga sedang. Penggunaannya dapat diminum atau dengan cara dimasukkan ke dalam anus.
  • Kortikosteroid untuk menghambat proses peradangan, obat ini bisa diberikan pada radang usus ringan hingga berat.
  • Imunosupresif berfungsi membantu sistem kekebalan tubuh agar infeksi terhambat sehingga tidak menyebabkan peradangan.
  • Antidiare, seperti loperamide untuk mengatasi gejala diare
  • Obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol, untuk mengatasi nyeri perut
  • Pemberian antibiotik

    Pemberian antibiotik merupakan upaya mengatasi usus buntu tanpa operasi. Pada kasus usus buntu yang ringan, pasien akan sembuh dengan pemberian antibiotik, seperti ciprofloxacin atau metronidazole dan tanpa perlu melakukan operasi.

    Akan tetapi, bila operasi diperlukan, dokter akan memberikan antibiotik terlebih dahulu melalui infus, untuk mengobati radang usus buntu yang disebabkan oleh infeksi.

    Pembedahan

    Untuk menghindari risiko usus buntu pecah, disarankan penderita usus buntu melakukan operasi usus buntu.

    Penanganan penyakit usus buntu (apendiks) dengan prosedur operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi, dilakukan di bawah bius total dengan sayatan (laparoskopi) dan cara operasi terbuka (laparatomi).

    Laparoskopi dilakukan dengan cara membuat beberapa sayatan sebesar lubang kunci di perut. Setelah disayat, dokter akan memasukkan alat bedah khusus untuk mengangkat usus buntu. 

    Akan tetapi, laparoskopi tidak boleh dilakukan pada kondisi usus buntu pecah atau sudah muncul kantong kumpulan nanah (abses).

    Laparotomi atau disebut juga dengan bedah terbuka ini dilakukan dengan cara membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5–10 cm, lalu mengangkat usus buntu. 

    Bedah ini disarankan jika infeksi telah menyebar keluar usus buntu, atau jika usus buntu sudah bernanah (abses).

    Penanganan pada usus buntu yang sudah pecah dan membentuk abses, maka nanah dari abses akan dikeluarkan lalu diberikan antibiotik. Pelaksanaan operasi bisa dilakukan setelah infeksi teratasi selama dua sampai empat minggu kemudian.

    Tips dari Lifepal! Usus buntu merupakan penyakit yang tidak boleh disepelekan karena jika disepelekan dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius.  

    Terdapat beberapa cara untuk mengurangi risiko terpapar penyakit usus buntu, seperti minum air putih secukupnya, mengonsumsi makanan berserat dan probiotik, makan dengan tenang tanpa terburu-buru, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. 

    Pastikan kamu menerapkan pola hidup sehat, ya!

    Pentingnya memiliki proteksi asuransi kesehatan 

    Untuk menyiapkan kamu dari berbagai resiko kesehatan yang mungkin saja terjadi di masa depan, seperti halnya usus buntu, penting agar memiliki asuransi kesehatan. 

    Asuransi kesehatan dapat mengcover biaya berobat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya sehingga kamu tidak perlu mengeluarkan uang saat sakit.

    Manfaatkan asuransi kesehatan cashless sehingga kamu bisa berobat ke rumah sakit hanya dengan menunjukkan kartu keanggotan. 

    Cari tahu di Lifepal daftar asuransi kesehatan terbaik di Indonesia dan bandingkan sendiri pilihan polis dan manfaat pertanggungan yang ditawarkan. Dapatkan diskon hingga 20% dan cashback 10% jika kamu membeli asuransi kesehatan di Lifepal. 

    Pertanyaan seputar usus buntu

    Usus buntu disebabkan karena adanya penyumbatan dalam lapisan usus buntu (apendiks) seperti adanya pertumbuhan bakteri, parasit, tinja, iritasi penyakit lainnya, dan riwayat cacingan, kemudian menimbulkan infeksi hingga meradang dan bernanah (abses). Bila keadaan memburuk, usus buntu dapat pecah sehingga mengakibatkan masalah kesehatan yang fatal.
    Kamu dapat memanfaatkan asuransi kesehatan untuk mengcover biaya operasi usus buntu. Jadi, kamu tidak terbebani secara finansial karena biayanya ditanggung oleh perusahaan asuransi. 

    Adapun manfaat asuransi yang akan kamu terima antara lain sebagai berikut: 

    • Pertanggungan biaya rawat inap, termasuk pertanggungan biaya dokter, tindakan medis dan kamar. 
    • Pertanggungan rawat jalan yakni konsultasi dengan dokter, termasuk pembelian obat-obatan. 
    • Pertanggungan biaya pembedahan bila dokter merekomendasikannya.